Friday, April 26, 2013



KISAH KASIH IBU



Nasehat dan Mutiara hidup seorang Ibu pada anaknya

anakku.. bila Ibu boleh memilih apakah Ibu berbadan lansing atau berbadan besar karena mengandungmu maka Ibu akan memilih mengandungmu.. karena dalam mengandungmu Ibu merasakan keajaiban dan kebesaran ALLAH. sembilan bulan nak.. engkau hidup diperut Ibu engkau ikut kemanapun Ibu pergi, engkau ikut merasakan ketika jantung Ibu berdetak karena kebahagiaan, engkau menendang rahim Ibu ketika engkau merasa tidak nyaman, karena Ibu kecewa dan berurai air mata..

anakku.. bila Ibu boleh memilih apakah Ibu harus operasi caesar atau Ibu harus berjuang melahirkanmu, maka Ibu memilih berjuang melahirkanmu, karena menunggu dari jam ke jam, menit ke menit kelahiranmu adalah seperti menunggu antrian memasuki salah satu pintu surga, karena kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari jalan keluar ke dunia sangat Ibu rasakan. dan saat itulah kebesaran ALLAH menyelimuti kita berdua, Malaikat tersenyum diantara peluh dan erangan rasa sakit, yang tak pernah bisa Ibu ceritakan pada siapapun.

dan ketika engkau hadir, tangismu memecah dunia dan saat itulah.. saat paling membahagiakan, segala sakit dan derita sirna melihat dirimu yang merah, mendengarkan ayahmu mengumandangkan Adzan, kalimat Syahadat kebesaran ALLAH dan penetapan hati tentang junjungan kita Rasulullah Saw ditelinga mungilmu.

anakku.. bila Ibu boleh memilih apakah Ibu berdada indah atau harus bangun tengah malam untuk menyusuimu, maka Ibu akan memilih menyusuimu, karena dengan menyusuimu Ibu telah membekali hidupmu dengan tetesan-tetesan dan tegukan-tegukan yang sangat berharga. merasakan kehangatan bibir dan badanmu didada Ibu dalam kantuk Ibu adalah sebuah rasa luar biasa yang orang lain tidak bisa rasakan.

anakku.. bila Ibu boleh memilih duduk belama-lama diruang rapat atau duduk dilantai menemanimu menempelkan puzzle, maka Ibu lebih memilih bermain puzzle denganmu.

tetapi anakku.. hidup memang pilihan.. jika dengan pilihan Ibu, engkau merasa sepi dan merana maka maafkanlah nak.. maafkan Ibu.. maafkan Ibu.. percayalah nak.. Ibu sedang menyempurnakan puzzle kehidupan kita,  agar tidak ada satu kepingpun bagian puzzle kehidupan kita yang hilang percayalah nak.. sepi dan meranamu adalah juga duka Ibu. percayalah nak.. engkau akan selalu menjadi belahan nyawa Ibu
sebuah nasehat singkat akan masa lalu

banyak orang keluar masuk dalam hidup kita. ada yang melintas dalam segmen singkat namun membekas keras. ada yang telah lama berjalan beriringan, tetapi tidak disadari arti kehadirannya, ada pula yang begitu jauh dimata sedangkan mereka begitu dekat dihati. ada yang datang dan pergi begitu saja seolah tak pernah ada.

semua orang yang pernah singgah dalam hidup kita bagaikan manik-manik pembentuk mozaik catatan sejarah. gambaran itu sebenarnya telah terbentuk hanya saja tak pernah selesai atau kita salah dalam melihat sehingga seringkali tidak bisa dinikmati keindahan karyanya. ambillah waktu sejenak untuk mengenang mereka yang pernah hadir dalam hidup kita dan kenanglah seluruh kebaikan mereka serta kebaikan yang mungkin tersembunyi dibalik tabir kekecewaan.

mereka adalah Ibu Bapak kita, Guru kita, Sanak dan Kerabat kita, Teman serta Sahabat. juga tiada salahnya mengenang mereka yang kita anggap musuh dan pengkhianat. atau yang tak pernah anda tahu nama dan wajahnya. bagaimanapun mereka telah turut " memahat " pribadi anda, menyapukan tinta pada lukisan hidup anda. menyirami tanaman bunga dalam jiwa anda.

kenanglah dalam genangan cinta yang tak bertepi. hanya dalam tatapan cintalah anda bisa memandang indahnya kehidupan ini. karena tiada secuilpun hidup yang perlu disesali, maka hanya cinta dan kasih sayang andalah jawabannya.

diantara semua kenangan hidup kita yang telah terlewat mungkin ada banyak yang begitu berharga, misalkan berbagai kisah bersama Ibunda kita tercinta, Beliau adalah manusia yang paling menginginkan kebahagiaan dan kesuksesan hidup kita dunia akhirat, bawalah mereka semua yang anda cintai dalam Do'a-Do'a Indah dalam Shalat dan Sujud kita, mohonkanlah ampunan dan kebaikan yang berlimpah kepada ALLAH untuk mereka semua yang anda cintai dalam hidup ini, sebab mengenang semua kisah-kisah terbaik dalam perjalanan hidup kita adalah salah satu bentuk rasa syukur pada ALLAH yang telah membuat hidup kita hambanya selalu penuh dengan warna dan keindahan, sebab hamba ALLAH yang pandai bersyukur akan mendapatkan berkah dan tambahan nikmat yang terbaik darinya, amin..

Sunday, April 14, 2013


 Ku teriris mendengar kisahnya (Kisah Nyata Perjuangan Seorang Ibu)

Ku teriris mendengar kisahnya (Kisah Nyata Perjuangan Seorang Ibu)
“Aku dilahirkan dari rahim seorang ibu untuk menjadi Ibu. Yang harus menjaga dan mendidik anak-anakku, mengurus rumah tanggaku, dan menurut dengan suamiku. Anak-anakku yang masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang sebernarnya ibu mereka rasakan, rumah tanggaku yang terlanjur hancur dan suamiku yang sudah tak lagi peduli denganku,”
Saat itu aku putuskan untuk menikah dengan seprang lelaki yang sangat aku cintai. Lelaki yang selalu sempurna di mataku. Lelaki yang selalu mengucap kata-kata manisnya kepadaku. Dan lelaki yang pertama dan untuk yang terakhir kalinya mengucap janji suci untuk menjagaku dan juga rumah tangga ini. masih terdengar jelas janji itu di telingaku. Sampai rumah tangga ini mempunyai keturunan seorang anak laki-laki.
Hingga kejadian itu terjadi. Gempa besar yang melanda daerahku. Yang membuat aku tak dapat berjalan dengan normal. Beberapa bulan setelah itu, aku merasa ada yang aneh dari suamiku. Dia lebih suka pergi dari pada menemaniku dan anakku. Apa lagi dengan kondisiku yang masih trauma karena bencana itu dan juga aku yang sedang mengandung buah hati kami yang ke dua. Namun aku tak berani bertanya padanya. Karena aku tak ingin bertengkar dengan suamiku. Aku hanya dapat bercerita apa yang aku rasakan pada Allah. Dan aku juga tak punya pilihan lain karena aku masih mempunyai tanggung jawab terhadap anak-anakku.
Saat yang sangat aku tunggu-tunggu telah tiba. Buah hatiku lahir dengan selamat. Aku berharap dengan kehadirannya, suamiku dapat kembali seperti dahulu. Namun kenyataan pahit yang aku alami. Dia dengan ringan hati mengatakan kepada orang tuaku jika dia ingin buah hatinya diasuh oleh orang tuaku. Hatiku hancur. Sangatlah hancur. Namun aku menahannya. Karena sekali lagi aku masih teringat pada buah hatiku.
Ku pendam semuanya bertahun-tahun. Tak ku ceritakan pada seorang pun tentang masalahku dengan suamiku. Aku bertanya-tanya. Apa salahku padanya? Mengapa dia begitu tidak senang terhadapku? Aku selalu memohon pada Allah agar aku tetap di beri kekuatan. Bahkan aku pernah berniat untuk mengakhiri hidupku. Namun aku mendengan suara tangisan buah hatiku yang tak berdosa itu.
Ku mencoba tetap sabar. Namun suatu ketika aku mendapat masalah baru. Saat suamiku pergi menjalankan tugasnya menjadi seorang ABRI. Aku kerepotan dengan kedua anakku yang masih kecil. Aku datang ke tempat mertuaku. Aku meminta baik-baik agar mertuaku mau menjaga anakku. Hanya sebentar saja karena aku ingin membersihkan tubuhku. Namun apa? Caci makian yang aku dapatkan. Ya sudahlah, aku terpaksa tidak mansi seharian karena tidak ada yang mau menjaga anakku.
Siang malam aku menangis. Rumah tanggaku sudah benar-benar hancur. Tak ada harapan lagi. Aku terus mencoba bersabar. Hingga anakku yang terakhir sudah berumur satu tahun. Malam itu saat aku sedang bersama anak-anakku, suamiku pulang. Aku menyambutnya dengan hati senang. Tapi. . . ada seorang wanita yang diajaknya pulang.
Ya Tuhan...
Cobaan apa lagi ini? Semalaman aku tidak dapat tidur. Hanya tangisan yang semakin lama semakin sesak dalam dada. Di depan cermin aku duduk. Ku lihat wajahku. Apa aku ini tidak cantik lagi bagi suamiku? Ku lihat mata ini sudah mulai membengkak. Aku memang sudah tidak secantik dulu. Ku lihat anak-anakku tidur pulas. Ku mulai mengecup keningnya.
“Maafkan Ibu, Ibu tidak bisa menjadi Ibu yang baik untuk kalian,”
Hari berganti. Ku mulai mencoba melupakan kejadian-kejadian itu. Walau itu sangat berat. Tak hanya satu kali suamiku membawa wanita lain pulang ke rumah. Untukku itu sudah biasa. Namun bagaimana dengan anak-anakku? Aku takut jika mereka tau apa yang sebenarnya terjadi pada orang tua mereka.
Aku mencoba mencari uang-uangku yang masih tersisa. Bukan hal yang baru bagiku jika tidak ada uang simpanan. Karena suamiku dan mertuaku hanya memberiku uang yang pas untuk biaya anak-anakku dan kehidupan sehari-hari. Bahkan aku pernah tidak memegang uang seperakpun. Padahal apa yang di katakan orang di luar sana selalu tinggi. Mereka selalu bilang jika aku dan kedua anankku hidup dengan serba kecukupan. Namun omongan itu tidak membuat aku ingin menuntut banyak dengan suamiku. Aku hanya ingin satu. Jika dia ingin membawa wanita lain, jangan saat ada anak-anak. Jangan sampai anak-anak tau apa yang sedang terjadi pada ayahnya. Aku terima apa yang ingin dia lakukan. Karena aku masih percaya Allah tak akan memberi cobaan kepada umatnya jika umatnya itu tidak mampu melewatinya. Aku percaya suatu saat Allah akan memberi semua jalan yang terbaik. Termasuk aku, suamiku dan anak-anakku.
Allah tidak pernah tidur.
Untuk anak-anakku, jangan pernah kalian sekali-kali nakal ya, Nak. Apa lagi sama ayah.
Dan buat suamiku, terima kasih mas sudah menjaga ku, menyayangiku, dan mencintaiku walau itu hanya sebentar. Jika memang aku hanya sampah untukmu, aku akan keluar dari rumahmu. Namun kasih aku kesempatan mas, sampai aku sudah bisa mencari uang sendiri. Terima kasih

Tuesday, April 2, 2013


Ayah, Maafkan Aku

 kalau aku selama ini sering membuatmu marah

maafkan kalau aku kadang tidak patuh dengan perintah-perintahmu
maafkan karena aku pikir langkahku yang benar
yah, aku melanggar mungkin karena aku gak tahu yang sebenarnya
ayah kan lebih tua dari aku
tapi, waktu itu aku gak mikir sampai kesitu yah
hari-hariku lalui dengan keputusanku sendiri
tapi engkau selalu tetap bersabar menghadapi semua keputusanku
dan engkau tidak pernah luntur untuk mengingatkanku
yah, semangatmu tidak kalah sama para pejuang dahulu
aku bangga denganmu yah
engkau selalu tersnyum merekah
saat aku mengeluh engkau selalu mencoba menenangkanku
berusaha membuatku tersenyum kembali
memelukku erat dengan kasih sayangmu
yah, kini aku telah dewasa
aku sudah bisa tahu tentang segala hal
itu juga berkat usaha ayah
yang mencoba memberi pendidikan yang terbaik untukku
menyebut namaku disetiap selipan doamu
yah, kemarin kita bisa tersenyum bersama
bercanda dengan ceritaku di perantauan
engakau menanyakan ini itu
dan aku mencoba menjawabnya dengan semangat
di kursi ruang tamu itu kita duduk bersama
bercerita segala hal, nonton TV bersama
kadang ku teringat saat dulu kau marahi aku di ruangan itu
sekarang aku tahu yah, kemarahanmu bukan bencimu
sekali lagi aku minta maaf ya yah
yah, kapan kita bisa bersama lagi seperti kemarin
aku rindu dengan senyum ayah yang dapat membuatku tegar
nasehat ayah yang menyejukkan
kerja keras ayah yang ulet
yah, mengapa engkau tak menjawab
jawab yah, jawab
mengapa kau katupkan kelopak matamu yah
buka yah, buka
ini aku, anakmu yah
ayah marah ya, ayah benci sama aku?
ayah, ayah, ayah
ayah, maafkan aku

 Penyesalan

        Angin malam berhembus kencang menerjang lapisan kulit setiap insan yang merasakan meski rembulan tampil dengan bulat sempurna meski bintang-bintang terang benderang menghiasi malam, namun pemandangan tersebut tak turut menghibur hati Jono yang
sedang padam bagai tersiram air yang deras.
Jono adalah seorang pria yang sedang berkepala lima akan tetapi satu persatu anaknya pergi meninggalkan Jono dan istrinya, mereka tidak tahan dengan kondisi ekonomi keluarganya.

Jono termenung tak berdaya, pandangannya kosong yang di pikirnya hanya satu bagaimana ia mendapatkan uang dan tidur pulas di rumah bersama Tini istrinya dan Riko anaknya yang masih tersisa, ia tak berani pulang ke rumah dengan tangan hampa sebab jika pulang ia hanya mendapatkan cacian dari sang istri bahkan ia di suruh tidur di luar rumah, sebenarnya Jono tak tahan lagi atas perlakuan Tini, namun apa daya nasi telah menjadi bubur padahal sejak masih menjadi kekasihnya ,Ibu Jono melarang Jono berhubungan dengan Tini,Ibu Jono tidak suka dengan sikap Tini yang sombong dan tak sopan itu akan tetapi Jono memperdulikannya, ia hanya ingin menikah dan membangun keluarga baru bersama istrinya yang cantik yaitu Tini dan kini hanya ada penyesalan yang mendalam yang di rasakan seorang pria yang selalu memakai kaca mata minues, selain hidupnya sengsara,ia pun sudah di coret dalam buku harta warisan orang tuanya,bahkan ia menikah tanpa restu dan kehadiran sang Ibu yang dulu di sayangnya.

Dua jam berlalu, Jono masih dalam posisinya, duduk dan memandangi bintang di langit berharap bintang itu jatuh kemudian ia dapat berdoa agar seseorang dapat membantu kesusahannya.Dua jam yang tak sia-sia tiba-tiba benda asing jatuh dari langit,melihat peristiwa tersebut sontak membuat Jono terkejut, ia beranggapan bahwa benda asing itu adalah sebuah bintang yang jatuh dari angkasa,tanpa pikir panjang Jono segera memanjatkan doanya.
“wahai bintang yang jatuh bantu lah aku dari kesusahan ini, berilah jalan keluar untuk ku”,harapannya yang keluar dari mulut manisnya, meski ia masih percaya dengan Tuhan.
Selang beberapa menit, suara handphone yang di ikat kuat menggunakan gelang karet di permukaannya berbunyi dengan nada yang beraturan, senyum lebar terpasang di bibirnya namun memori otaknya masih mengingat istri dan anaknya.
“semoga saja ini berita baik untuk ku”,ucapnya dalam hati.
Tangan kanannya yang semula memegang permukaan kursi kini beranjak naik merangkul benda kotak kecil itu di saku bajunya, sebuah pesan singkat dari seseorang yang tak asing dipikirannya.
JONO TOLONG PULANG KE RUMAH, IBU MU SAKIT PARAH
Melihat pesan tersebut ekpresi wajahnya mendadak berubah,aliran darahnhya seakan-akan tak mau mengalir,jantung terasa teriris belati tajam,tak terasa butir-butir air mata menetes,menetes,dan terus menetes hingga kini ia di banjiri tangisan,doanya yang sudah ia ucapkan berbalik menjadi bumerang untuk hidupnya.
“wahai bintang !,mengapa kau kabulkan doa yang bukan aku harapkan,mengapa kau tega kepada ku?,menambah beban di hidup ku”,protesnya seraya membentangkan kedua tangannya,wajahnya menatap ke atas langit memberi ekpresi kesal, seolah tak terima dengan berita buruk yang telah ia dapatkan.

Derai air mata yang pada saat itu terus mengalir membasahi pipinya,mengingatkannya saat ia membuat segores luka di hati ibu nya, mendorong sang ibu hingga terjatuh dan akhirnya Ayah mengusirnya bersama istrinya,mungkinkah ini balasan untuk ku ?, ataukah buah dari perbuatan ku selama ini kepada Ibu,pikirnya dalam hati.
Akhirnya ia bergegas menuju rumah orang tuanya yang sangat membutuhkan kehadirannya,ia tak peduli nanti jika ibu nya tak menerima kedatangannya,asalkan ia bisa bertemu dengan ibu,dan ibu nya lah saja.

Sepeda besi berkarat yang setia menemani kemana Jono pergi itu di kayuhnya,berkilo-kilo meter jarak yang ia tempuh,keringat terus mengguyur seluruh tubuhnya,lelah pun di rasakan oleh seorang anak yang merindukan sosok ibu, namun semua itu terbayar ketika ban kendaraan tak bermesin itu berhenti tepat di sebuah rumah yang sangat megah, rumah itu milik keluarga besar KURNIAWAN, rumah yang menemaninya hampir dua puluh tahun,pintu gerbang yang biasa ia lewati menuju rumah, ayunan yang sejak kecil ia pakai untuk bermain, kursi bercat putih yang tidak berubah tampilannya yang dulu ia pakai untuk sekedar duduk-duduk saja, kini membawanya ke dunia masa lalu, masa lalu yang indah dimana ia selalu di peluk oleh ibu,dimana ibu dan ayahnya selalu memberi senyuman indah untuknya.Dari balik pintu terlihat sosok manusia yang berbadan gemuk,berkaca mata,dan berambut pelontos melemparkan satu senyuman manis tepat mengenai Jono.
“Ono kesini lah nak, ayah dan ibu merindukanmu”,rayu sang ayah seraya membentangkan tangannya berharap sang anak memeluk dirinya.
“ayah,maafkan jono, jono menyesal telah berbuat seperti ini”,balasnya dengan nada yang tak jelas akibat isak tangis yang memburu kemudian memeluk tubuh ayahnya.
“sudahlah jono jangan kau sesalkan perbuatan mu dulu karena itu sudah ayah lupakan,ayah dan ibu sudah memaafkan mu, ayah dan ibu juga meminta maaf karena sudah mengusir mu”,jawab ayah seraya mengelus punggungnya.
Perbincangan ayah dan anak tersebut terdengar oleh seorang wanita tua yang tertutupi oleh uban di rambutnya.
“ayah di luar ada siapa ?”,tanya ibu dengan suara serak sesekali ia batuk.
Pandangan Jono tertuju ke arah Ayah, setelah pandangannya dan pendengarannya mengarah ke pintu rumah.
“itu ibu nak,ayo lah masuk ke dalam, bertemu lah dengan ibu mu, ibu sangat merindukan mu”,ajak sang ayah kepadanya
“nanti saja yah, Jono belum siap untuk bertemu ibu, mungkin besok Jono datang bersama keluarga”,ujar Jono seraya memegang tangan ayah.
“baiklah,ayah mengerti ya sudah pulanglah nak,istri dan anak-anak mu mungkin mengkhawatirkan mu”,ucap ayah memberi satu lagi senyuman manis.

Akhirnya Jono pulang dan kembali ke rumahnya dengan rasa senang,tenang dan nyaman meski Jono masih belum bertemu dengan ibunya setidaknya ayah masih menyambutnya dengan ramah. Ditengah perjalanan ia dikejutkan dengan temuan benda asing, benda asing yang berbentuk botol itu memaksa ban sepeda jono berhenti untuk kedua kalinya, rasa ingin tau nya muncul dipegangnya botol itu oleh jono kemudian penutup botol itu terbuka ketika jono memaksakan tangannya untuk membuka, tiba-tiba dari botol itu keluar asap tebal yang menutupi seluruh pandangannya, namun ketika asap itu sedikit demi sedikit menghilang pandangan jono tertuju pada sosok orang yang berpostur tinggi jenggotnya dipenuhi uban penampilannya pun sangat membingungkan jono.
“siapa kau!.”ujar jono mengangkat telunjuknya kearah orang asing itu.
“hahaha...,aku adalah jin dari timur tengah, karena tuan telah menyelamatkan hamba, hamba beri satu permintaan, apa saja yang tuan minta hamba akan kabulkan, hahaha... .”jawab jin itu puas.
Mendengar penjelasan jin, jono seolah tak percaya namun apa salahnya jika mencoba, pikirnya.
“baiklah jika kau bisa kabulkan permintaan ku aku akan percaya padamu jika tidak kau berarti hanya seorang pembual.”
“memang apa permintaan mu wahai tuan ku?.”
“aku ingin kembali ke dua puluh tahun lalu itu saja permintaan ku wahai mahluk halus.”
“Wahai tuan ku !, maaf kan aku jika aku lancang, aku hanya ingin tahu dibalik permintaan mu itu, sungguh aku tak mengetahui maksud permintaan mu.”
“wahai jin !,jika kau kabulkan permintaan ku nanti, di masa lalu itu aku ingin berubah dan lebih menghargai kedua orang tua ku termasuk ibuku.”
Mendengar jawaban jono, jin itu menangis dan akhirnya permintaan jono itu dikabulkan olehnya dengan memberi satu pesan kepada jono.

SESUNGGUHNYA PENYESALAN ITU AKAN DATANG SETELAH KITA BERBUAT SATU KESALAHAN, MAKA JANGAN LAH MELAKUKAN KEMBALI KESALAHAN ITU KARENA JIKA MELAKUKAN KEMBALI BERSIAPLAH UNTUK MENGHADAPI PENYESALAN. 

 Akibat Mengambil Uang Rp. 150,- (Kisah Nyata)


Sahabat Hikmah…
Ada satu kisah yang sangat BERHARGA, diceritakan seorang trainer Kubik Leadership yang bernama Jamil Azzaini di kantor Bea dan Cukai Tipe A Bekasi sekitar akhir tahun 2005. Dalam berceramah agama, beliau menceritakan satu kisah dengan sangat APIK dan membuat air mata pendengar berurai. Berikut ini adalah kisahnya:
Pada akhir tahun 2003, istri saya selama 11 malam tidak bisa tidur. Saya sudah berusaha membantu agar istri saya bisa tidur, dengan membelai, diusap-usap, masih susah tidur juga. Sungguh cobaan yang sangat berat. Akhirnya saya membawa istri saya ke RS Citra Insani yang kebetulan dekat dengan rumah saya. Sudah 3 hari diperiksa tapi dokter tidak menemukan penyakit istri saya. Kemudian saya pindahkan istri saya ke RS Azra, Bogor. Selama berada di RS Azra, istri saya badannya panas dan selalu kehausan sehingga setiap malam minum 3 galon air Aqua. Setelah dirawat 3 bulan di RS Azra, penyakit istri saya belum juga diketahui penyakitnya.
Akhirnya saya putuskan untuk pindah ke RS Harapan Mereka di Jakarta dan langsung di rawat di ruang ICU. Satu malam berada di ruang ICU pada waktu itu senilai Rp 2,5 juta. Badan istri saya –maaf- tidak memakai sehelai pakaian pun. Dengan ditutupi kain, badan istri saya penuh dengan kabel yang disambungkan ke monitor untuk mengetahui keadaan istri saya. Selama 3 minggu penyakit istri saya belum bisa teridentifikasi, tidak diketahui penyakit apa sebenarnya.
Kemudian pada minggu ke-tiga, seorang dokter yang menangani istri saya menemui saya dan bertanya, “Pak Jamil, kami minta izin kepada pak Jamil untuk mengganti obat istri bapak.”
“Dok, kenapa hari ini dokter minta izin kepada saya, padahal setiap hari saya memang gonta-ganti mencari obat untuk istri saya, lalu kenapa hari ini dokter minta izin ?”
“Ini beda pak Jamil. Obatnya lebih mahal dan obat ini nantinya disuntikkan ke istri bapak.”
“Berapa harganya dok?”
“Obat untuk satu kali suntik 12 juta pak.”
“Satu hari berapa kali suntik dok?”
“Sehari 3 kali suntik.”
“Berarti sehari 36 juta dok?”
“Iya pak Jamil.”
“Dok, 36 juta bagi saya itu besar sedangkan tabungan saya sekarang hampir habis untuk menyembuhkan istri saya. Tolong dok, periksa istri saya sekali lagi. Tolong temukan penyakit istri saya dok.”
“Pak Jamil, kami juga sudah berusaha namun kami belum menemukan penyakit istri bapak. Kami sudah mendatangkan perlengkapan dari RS Cipto dan banyak laboratorium namun penyakit istri bapak tidak ketahuan.”
“Tolong dok…., coba dokter periksa sekali lagi. Dokter yang memeriksa dan saya akan berdoa kepada Rabb saya. Tolong dok dicari”
“Pak Jamil, janji ya kalau setelah pemeriksaan ini kami tidak juga menemukan penyakit istri bapak, maka dengan terpaksa kami akan mengganti obatnya.” Kemudian dokter memeriksa lagi.
“Iya dok.”
Setelah itu saya pergi ke mushola untuk shalat dhuha dua raka’at. Selesai shalat dhuha, saya berdoa dengan menengadahkan tangan memohon kepada Allah, -setelah memuji Allah dan bershalawat kepada Rasululloh,
“Ya Allah, ya Tuhanku….., gerangan maksiat apa yang aku lakukan. Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga engkau menguji aku dengan penyakit istriku yang tak kunjung sembuh. Ya Allah, aku sudah lelah. Tunjukkanlah kepadaku ya Allah, gerangan energi negatif apakah yang aku lakukan sehingga istriku sakit tak kunjung sembuh ? sembuhkanlah istriku ya Allah. Bagimu amat mudah menyembuhkan penyakit istriku semudah Engkau mengatur Milyaran planet di muka bumi ini ya Allah.”
Kemudian secara tiba-tiba ketika saya berdoa, “Ya Allah, gerangan maksiat apa yang pernah aku lakukan? Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga aku diuji dengan penyakit istriku tak kunjung sembuh?” saya teringat kejadian berpuluh-puluh tahun yang lalu, yaitu ketika saya mengambil uang ibu sebanyak Rp150,-.
Dulu, ketika kelas 6 SD, SPP saya menunggak 3 bulan. Pada waktu itu SPP bulanannya adalah Rp 25,-. Setiap pagi wali kelas memanggil dan menanyakan saya, “JaMil, kapan membayar SPP ? JaMil, kapan membayar SPP ? JaMil, kapan membayar SPP ?” Malu saya. Dan ketika waktu istrirahat saya pulang dari sekolah, saya menemukan ada uang Rp150,- di bawah bantal ibu saya. Saya mengambilnya. Rp75,- untuk membayar SPP dan Rp75,- saya gunakan untuk jajan.
Saya kemudian bertanya, kenapa ketika berdoa, “Ya Allah, gerangan maksiat apa? Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga penyakit istriku tak kunjung sembuh?” saya diingatkan dengan kejadian kelas 6 SD dulu ketika saya mengambil uang ibu. Padahal saya hampir tidak lagi mengingatnya ??. Maka saya berkesimpulan mungkin ini petunjuk dari Allah. Mungkin inilah yang menyebabkan istri saya sakit tak kunjung sembuh dan tabungan saya hampir habis. Setelah itu saya menelpon ibu saya,
“Assalamu’alaikum Ma…”
“Wa’alaikumus salam Mil….” Jawab ibu saya.
“Bagaimana kabarnya Ma ?”
“Ibu baik-baik saja Mil.”
“Trus, bagaimana kabarnya anak-anak Ma ?”
“Mil, mama jauh-jauh dari Lampung ke Bogor untuk menjaga anak-anakmu. Sudah kamu tidak usah memikirkan anak-anakmu, kamu cukup memikirkan istrimu saja. Bagaimana kabar istrimu Mil, bagaimana kabar Ria nak ?” –dengan suara terbata-bata dan menahan sesenggukan isak tangisnya-.
“Belum sembuh Ma.”
“Yang sabar ya Mil.”
Setelah lama berbincang sana-sini –dengan menyeka butiran air mata yang keluar-, saya bertanya, “Ma…, Mama masih ingat kejadian beberapa tahun yang lalu ?”
“Yang mana Mil ?”
“Kejadian ketika Mama kehilangan uang Rp150,- yang tersimpan di bawah bantal ?”
Kemudian di balik ujung telephon yang nun jauh di sana, Mama berteriak, (ini yang membuat bulu roma saya merinding setiap kali mengingatnya)
“Mil, sampai Mama meninggal, Mama tidak akan melupakannya.” (suara mama semakin pilu dan menyayat hati),
“Gara-gara uang itu hilang, mama dicaci-maki di depan banyak orang. Gara-gara uang itu hilang mama dihina dan direndahkan di depan banyak orang. Pada waktu itu mama punya hutang sama orang kaya di kampung kita Mil. Uang itu sudah siap dan mama simpan di bawah bantal namun ketika mama pulang, uang itu sudah tidak ada. Mama memberanikan diri mendatangi orang kaya itu, dan memohon maaf karena uang yang sudah mama siapkan hilang. Mendengar alasan mama, orang itu merendahkan mama Mil. Orang itu mencaci-maki mama Mil. Orang itu menghina mama Mil, padahal di situ banyak orang. …rasanya Mil. Mamamu direndahkan di depan banyak orang padahal bapakmu pada waktu itu guru ngaji di kampung kita Mil tetapi mama dihinakan di depan banyak orang. SAKIT…. SAKIT… SAKIT rasanya.”
Dengan suara sedu sedan setelah membayangkan dan mendengar penderitaan dan sakit hati yang dialami mama pada waktu itu, saya bertanya, “Mama tahu siapa yang mengambil uang itu ?”
“Tidak tahu Mil…Mama tidak tahu.”
Maka dengan mengakui semua kesalahan, saya menjawab dengan suara serak,
“Ma, yang mengambil uang itu saya Ma….., maka melalui telphon ini saya memohon keikhlasan Mama. Ma, tolong maafkan Jamil Ma…., Jamil berjanji nanti kalau bertemu sama Mama, Jamil akan sungkem sama mama. Maafkan saya Ma, maafkan saya….”
Kembali terdengar suara jeritan dari ujung telephon sana,
“Astaghfirullahal ‘Azhim….. Astaghfirullahal ‘Azhim….. Astaghfirullahal ‘Azhim…..Ya Allah ya Tuhanku, aku maafkan orang yang mengambil uangku karena ia adalah putraku. Maafkanlah dia ya Allah, ridhailah dia ya Rahman, ampunilah dia ya Allah.”
“Ma, benar mama sudah memaafkan saya ?”
“Mil, bukan kamu yang harus meminta maaf. Mama yang seharusnya minta maaf sama kamu Mil karena terlalu lama mama memendam dendam ini. Mama tidak tahu kalau yang mengambil uang itu adalah kamu Mil.”
“Ma, tolong maafkan saya Ma. Maafkan saya Ma?”
“Mil, sudah lupakan semuanya. Semua kesalahanmu telah saya maafkan, termasuk mengambil uang itu.”
“Ma, tolong iringi dengan doa untuk istri saya Ma agar cepat sembuh.”
“Ya Allah, ya Tuhanku….pada hari ini aku telah memaafkan kesalahan orang yang mengambil uangku karena ia adalah putraku. Dan juga semua kesalahan-kesalahannya yang lain. Ya Allah, sembuhkanlah penyakit menantu dan istri putraku ya Allah.”
Setelah itu, saya tutup telephon dengan mengucapkan terima kasih kepada mama. Dan itu selesai pada pukul 10.00 wib, dan pada pukul 11.45 wib seorang dokter mendatangi saya sembari berkata,
“Selamat pak Jamil. Penyakit istri bapak sudah ketahuan.”
“Apa dok?”
“Infeksi prankreas.”
Saya terus memeluk dokter tersebut dengan berlinang air mata kebahagiaan, “Terima kasih dokter, terima kasih dokter. Terima kasih, terima kasih dok.”
Selesai memeluk, dokter itu berkata, “Pak Jamil, kalau boleh jujur, sebenarnya pemeriksaan yang kami lakukan sama dengan sebelumnya. Namun pada hari ini terjadi keajaiban, istri bapak terkena infeksi prankreas. Dan kami meminta izin kepada pak Jamil untuk mengoperasi cesar istri bapak terlebih dahulu mengeluarkan janin yang sudah berusia 8 bulan. Setelah itu baru kita operasi agar lebih mudah.”
Setelah selesai, dan saya pastikan istri dan anak saya selamat, saya kembali ke Bogor untuk sungkem kepada mama bersimpuh meminta maaf kepadanya, “Terima kasih Ma…., terima kasih Ma.”
Namun…., itulah hebatnya seorang ibu. Saya yang bersalah namun justru mama yang meminta maaf. “Bukan kamu yang harus meminta maaf Mil, Mama yang seharusnya minta maaf.”
Sahabat Hikmah…
Maha benar sabda Rasulullaah shalallaahu ’alaihi wa sallam :
“Ridho Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua” (HR Bukhori, Ibnu Hibban, Tirmidzi, Hakim)
“Ada tiga orang yang tidak ditolak doa mereka:
orang yang berpuasa sampai dia berbuka,
seorang penguasa yang adil,
dan doa orang yang teraniaya.
Doa mereka diangkat Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit dan Allah bertitah, ‘Demi keperkasaan-Ku, Aku akan memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak segera.” (HR. Attirmidzi)
Kita dapat mengambil HIKMAH bahwa:
Bila kita seorang anak:
* Janganlah sekali-kali membuat marah orang tua, karena murka mereka akan membuat murka Allah subhanau wa ta’ala. Dan bila kita ingin selalu diridloi-Nya maka buatlah selalu orang tua kita ridlo kepada kita.
* Jangan sampai kita berbuat zholim atau aniaya kepada orang lain, apalagi kepada kedua orang tua, karena doa orang teraniaya itu terkabul.
Bila kita sebagai orang tua:
* Berhati-hatilah pada waktu marah kepada anak, karena kemarahan kita dan ucapan kita akan dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, dan kadang penyesalan adalah ujungnya.
* Doa orang tua adalah makbul, bila kita marah kepada Anak, berdoalah untuk kebaikan anak-anak kita, maafkanlah mereka.
Semoga bermanfaat dan bisa mengambil HIKMAH..
Wassalam