Sunday, June 9, 2013


Kisah Kasih Sayang Seorang Ibu Terhadap Anaknya

Pagi itu, seperti biasa Arif langsung berangkat ke sekolahnya tanpa pamit dan peduli pada ibunya. Sejak ayahnya meninggal dunia, sikap Arif berubah. Ia menjadi kasar dan tidak peduli pada lingkungannya. Ibunya yang sudah cukup tua pun sering sakit hati melihat tingkah laku anaknya tersebut. Besok adalah hari ulang tahun ibunya. Arif seakan tidak peduli dengan hal itu. Seperti biasa, ia pergi ke sekolahnya dengan berjalan kaki. Ia sudah sering mengeluh kepada ibunya untuk dibelikan motor, namun ibunya tidak punya cukup uang untuk mengabulkan permintaannya.


Sesampainya di sekolah ia langsung menyapa teman-temannya dan langsung menuju ke belakang sekolah untuk merokok dan nongkrong-nongkrong bersama teman-temannya. Hari itu, lagi-lagi Arif tidak masuk kelas padahal ia sudah kelas III SMA dan tidak lama lagi akan menghadapi Ujian. Ia hanya menghabiskan waktunya dengan bermain gitar dan merokok di belakang sekolah bersama teman-temannya. “Rif, kapan kamu akan membayar hutangmu yang kemarin?”, tanya salah satu temannya. “Nanti sore pasti kubayar, jangan takut”, Arif menjawab dengan yakin meskipun sebenarnya ia sedang tidak memegang uang sedikit pun.

Siang harinya, ia bolos ke luar sekolah dengan meloncati pagar sekolah. Ia pergi ke sebuah pasar di dekat sekolahnya dan mencoba mencopet karena butuh uang untuk membayar hutang pada temannya. Ia berhasil mengambil dompet korbannya namun belum sukses melarikan diri dari kejaran masa. Akhirnya ia gagal melarikan diri. Arif babak belur dihakimi masa dan akhirnya dibawa ke kantor polisi untuk ditindak lebih lanjut. Setibanya di kantor polisi, orang tua Arif langsung ditelpon dan diminta untuk datang ke kantor polisi. Ibunya kaget dan langsung menangis mendengar anak satu-satunya harus berurusan dengan polisi. Dengan wajah babak belur karena dihajar masa, Arif menangis dan menyesali perbuatannya. Ia menyesal karena selalu mengecewakan ibunya. Bahkan saat ibunya sakit sekalipun ia tidak pernah peduli dengan keadaan ibunya. Ia hanya sibuk bergaul dengan teman-temannya. Dalam tangisannya, Arif berjanji akan membahagiakan ibunya. Ia berjanji dengan dirinya sendiri untuk langsung mencium kaki sang ibu saat ibunya datang menjemputnya di kantor polisi.

Detik demi detik, menit demi menit, dan tiga jam sudah berlalu. Orang tua Arif belum juga datang. Arif pun merasa gelisah. Setelah tiga jam lewat, akhirnya telpon arif berbunyi. Di ujung telpon terdengar suara petugas rumah sakit yang mengabarkan bahwa ibunya sedang dalam kondisi kritis setelah mengalami tabrakan dalam perjalanan menuju kantor polisi. Ibunya tertabrak sebuah mobil saat menyeberangi jalan. Arif pun histeris. Ia langsung menuju rumah sakit dengan diantar oleh pihak kepolisian. Di tengah perjalanan, ia meminta untuk berhenti dan membeli setangkai bunga untuk sang ibu. Nampaknya Arif ingin memberikan sebuah kado ulang tahun untuk ibunya.

Sesampainya di rumah sakit, Arif berlari menuju kamar sang ibu. Ia kaget karena ibunya tidak ada di ruangan. Ia mencari informasi ke sana kemari dan akhirnya ia mendengar sebuah kabar buruk yang sesungguhnya tidak ingin ia dengar. Ibunya baru saja dipindahkan ke kamar mayat. Ya..ibu Arif tidak bisa diselamatkan. Ia meninggal dunia karena kehabisan darah. Setelah mendengar kenyataan pahit itu, Arif pun terdiam. Bunga yang baru ia beli jatuh ke lantai. Ia berlari menuju jenazah sang ibu. Ia menangis histeris seakan tidak bisa menerima kenyataan. Tangisannya semakin dalam ketika ia menemukan sebuah dokumen pembelian sepeda motor di dalam tas ibunya. Rupanya hari ini ibunya berhasil mengumpulkan uang dan membelikan sebuah sepeda motor untuk Arif. Ia sangat menyesal karena selama ini hanya bisa mengeluh dan mengeluh. Salah seorang saksi mengatakan bahwa selama ini ibunya Arif menjadi pengamen dan penjual kue di pasar. Biar bagaimanapun, tangisan Arif tidak dapat mengembalikan apa-apa. Ia sudah terlambat untuk menyesal. Semua telah terjadi.

Bagi Anda yang masih mempunyai orang tua, sayangilah mereka. Berikan yang terbaik untuk mereka. Jangan sampai kita menyakiti hati mereka apalagi sampai membuat mereka menangis. Sudahkan Anda menanyakan kabar orang tua Anda sekarang? Jika belum, telponlah mereka. Tanyakan keadaan mereka dan katakan bahwa Anda sangat menyayangi mereka. Jangan sampai terlambat. Karena kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi besok bahkan satu detik ke depan. Semoga ada sesuatu yang bisa kita petik dari cerita ini. Sekian…

Friday, April 26, 2013



KISAH KASIH IBU



Nasehat dan Mutiara hidup seorang Ibu pada anaknya

anakku.. bila Ibu boleh memilih apakah Ibu berbadan lansing atau berbadan besar karena mengandungmu maka Ibu akan memilih mengandungmu.. karena dalam mengandungmu Ibu merasakan keajaiban dan kebesaran ALLAH. sembilan bulan nak.. engkau hidup diperut Ibu engkau ikut kemanapun Ibu pergi, engkau ikut merasakan ketika jantung Ibu berdetak karena kebahagiaan, engkau menendang rahim Ibu ketika engkau merasa tidak nyaman, karena Ibu kecewa dan berurai air mata..

anakku.. bila Ibu boleh memilih apakah Ibu harus operasi caesar atau Ibu harus berjuang melahirkanmu, maka Ibu memilih berjuang melahirkanmu, karena menunggu dari jam ke jam, menit ke menit kelahiranmu adalah seperti menunggu antrian memasuki salah satu pintu surga, karena kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari jalan keluar ke dunia sangat Ibu rasakan. dan saat itulah kebesaran ALLAH menyelimuti kita berdua, Malaikat tersenyum diantara peluh dan erangan rasa sakit, yang tak pernah bisa Ibu ceritakan pada siapapun.

dan ketika engkau hadir, tangismu memecah dunia dan saat itulah.. saat paling membahagiakan, segala sakit dan derita sirna melihat dirimu yang merah, mendengarkan ayahmu mengumandangkan Adzan, kalimat Syahadat kebesaran ALLAH dan penetapan hati tentang junjungan kita Rasulullah Saw ditelinga mungilmu.

anakku.. bila Ibu boleh memilih apakah Ibu berdada indah atau harus bangun tengah malam untuk menyusuimu, maka Ibu akan memilih menyusuimu, karena dengan menyusuimu Ibu telah membekali hidupmu dengan tetesan-tetesan dan tegukan-tegukan yang sangat berharga. merasakan kehangatan bibir dan badanmu didada Ibu dalam kantuk Ibu adalah sebuah rasa luar biasa yang orang lain tidak bisa rasakan.

anakku.. bila Ibu boleh memilih duduk belama-lama diruang rapat atau duduk dilantai menemanimu menempelkan puzzle, maka Ibu lebih memilih bermain puzzle denganmu.

tetapi anakku.. hidup memang pilihan.. jika dengan pilihan Ibu, engkau merasa sepi dan merana maka maafkanlah nak.. maafkan Ibu.. maafkan Ibu.. percayalah nak.. Ibu sedang menyempurnakan puzzle kehidupan kita,  agar tidak ada satu kepingpun bagian puzzle kehidupan kita yang hilang percayalah nak.. sepi dan meranamu adalah juga duka Ibu. percayalah nak.. engkau akan selalu menjadi belahan nyawa Ibu
sebuah nasehat singkat akan masa lalu

banyak orang keluar masuk dalam hidup kita. ada yang melintas dalam segmen singkat namun membekas keras. ada yang telah lama berjalan beriringan, tetapi tidak disadari arti kehadirannya, ada pula yang begitu jauh dimata sedangkan mereka begitu dekat dihati. ada yang datang dan pergi begitu saja seolah tak pernah ada.

semua orang yang pernah singgah dalam hidup kita bagaikan manik-manik pembentuk mozaik catatan sejarah. gambaran itu sebenarnya telah terbentuk hanya saja tak pernah selesai atau kita salah dalam melihat sehingga seringkali tidak bisa dinikmati keindahan karyanya. ambillah waktu sejenak untuk mengenang mereka yang pernah hadir dalam hidup kita dan kenanglah seluruh kebaikan mereka serta kebaikan yang mungkin tersembunyi dibalik tabir kekecewaan.

mereka adalah Ibu Bapak kita, Guru kita, Sanak dan Kerabat kita, Teman serta Sahabat. juga tiada salahnya mengenang mereka yang kita anggap musuh dan pengkhianat. atau yang tak pernah anda tahu nama dan wajahnya. bagaimanapun mereka telah turut " memahat " pribadi anda, menyapukan tinta pada lukisan hidup anda. menyirami tanaman bunga dalam jiwa anda.

kenanglah dalam genangan cinta yang tak bertepi. hanya dalam tatapan cintalah anda bisa memandang indahnya kehidupan ini. karena tiada secuilpun hidup yang perlu disesali, maka hanya cinta dan kasih sayang andalah jawabannya.

diantara semua kenangan hidup kita yang telah terlewat mungkin ada banyak yang begitu berharga, misalkan berbagai kisah bersama Ibunda kita tercinta, Beliau adalah manusia yang paling menginginkan kebahagiaan dan kesuksesan hidup kita dunia akhirat, bawalah mereka semua yang anda cintai dalam Do'a-Do'a Indah dalam Shalat dan Sujud kita, mohonkanlah ampunan dan kebaikan yang berlimpah kepada ALLAH untuk mereka semua yang anda cintai dalam hidup ini, sebab mengenang semua kisah-kisah terbaik dalam perjalanan hidup kita adalah salah satu bentuk rasa syukur pada ALLAH yang telah membuat hidup kita hambanya selalu penuh dengan warna dan keindahan, sebab hamba ALLAH yang pandai bersyukur akan mendapatkan berkah dan tambahan nikmat yang terbaik darinya, amin..

Sunday, April 14, 2013


 Ku teriris mendengar kisahnya (Kisah Nyata Perjuangan Seorang Ibu)

Ku teriris mendengar kisahnya (Kisah Nyata Perjuangan Seorang Ibu)
“Aku dilahirkan dari rahim seorang ibu untuk menjadi Ibu. Yang harus menjaga dan mendidik anak-anakku, mengurus rumah tanggaku, dan menurut dengan suamiku. Anak-anakku yang masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang sebernarnya ibu mereka rasakan, rumah tanggaku yang terlanjur hancur dan suamiku yang sudah tak lagi peduli denganku,”
Saat itu aku putuskan untuk menikah dengan seprang lelaki yang sangat aku cintai. Lelaki yang selalu sempurna di mataku. Lelaki yang selalu mengucap kata-kata manisnya kepadaku. Dan lelaki yang pertama dan untuk yang terakhir kalinya mengucap janji suci untuk menjagaku dan juga rumah tangga ini. masih terdengar jelas janji itu di telingaku. Sampai rumah tangga ini mempunyai keturunan seorang anak laki-laki.
Hingga kejadian itu terjadi. Gempa besar yang melanda daerahku. Yang membuat aku tak dapat berjalan dengan normal. Beberapa bulan setelah itu, aku merasa ada yang aneh dari suamiku. Dia lebih suka pergi dari pada menemaniku dan anakku. Apa lagi dengan kondisiku yang masih trauma karena bencana itu dan juga aku yang sedang mengandung buah hati kami yang ke dua. Namun aku tak berani bertanya padanya. Karena aku tak ingin bertengkar dengan suamiku. Aku hanya dapat bercerita apa yang aku rasakan pada Allah. Dan aku juga tak punya pilihan lain karena aku masih mempunyai tanggung jawab terhadap anak-anakku.
Saat yang sangat aku tunggu-tunggu telah tiba. Buah hatiku lahir dengan selamat. Aku berharap dengan kehadirannya, suamiku dapat kembali seperti dahulu. Namun kenyataan pahit yang aku alami. Dia dengan ringan hati mengatakan kepada orang tuaku jika dia ingin buah hatinya diasuh oleh orang tuaku. Hatiku hancur. Sangatlah hancur. Namun aku menahannya. Karena sekali lagi aku masih teringat pada buah hatiku.
Ku pendam semuanya bertahun-tahun. Tak ku ceritakan pada seorang pun tentang masalahku dengan suamiku. Aku bertanya-tanya. Apa salahku padanya? Mengapa dia begitu tidak senang terhadapku? Aku selalu memohon pada Allah agar aku tetap di beri kekuatan. Bahkan aku pernah berniat untuk mengakhiri hidupku. Namun aku mendengan suara tangisan buah hatiku yang tak berdosa itu.
Ku mencoba tetap sabar. Namun suatu ketika aku mendapat masalah baru. Saat suamiku pergi menjalankan tugasnya menjadi seorang ABRI. Aku kerepotan dengan kedua anakku yang masih kecil. Aku datang ke tempat mertuaku. Aku meminta baik-baik agar mertuaku mau menjaga anakku. Hanya sebentar saja karena aku ingin membersihkan tubuhku. Namun apa? Caci makian yang aku dapatkan. Ya sudahlah, aku terpaksa tidak mansi seharian karena tidak ada yang mau menjaga anakku.
Siang malam aku menangis. Rumah tanggaku sudah benar-benar hancur. Tak ada harapan lagi. Aku terus mencoba bersabar. Hingga anakku yang terakhir sudah berumur satu tahun. Malam itu saat aku sedang bersama anak-anakku, suamiku pulang. Aku menyambutnya dengan hati senang. Tapi. . . ada seorang wanita yang diajaknya pulang.
Ya Tuhan...
Cobaan apa lagi ini? Semalaman aku tidak dapat tidur. Hanya tangisan yang semakin lama semakin sesak dalam dada. Di depan cermin aku duduk. Ku lihat wajahku. Apa aku ini tidak cantik lagi bagi suamiku? Ku lihat mata ini sudah mulai membengkak. Aku memang sudah tidak secantik dulu. Ku lihat anak-anakku tidur pulas. Ku mulai mengecup keningnya.
“Maafkan Ibu, Ibu tidak bisa menjadi Ibu yang baik untuk kalian,”
Hari berganti. Ku mulai mencoba melupakan kejadian-kejadian itu. Walau itu sangat berat. Tak hanya satu kali suamiku membawa wanita lain pulang ke rumah. Untukku itu sudah biasa. Namun bagaimana dengan anak-anakku? Aku takut jika mereka tau apa yang sebenarnya terjadi pada orang tua mereka.
Aku mencoba mencari uang-uangku yang masih tersisa. Bukan hal yang baru bagiku jika tidak ada uang simpanan. Karena suamiku dan mertuaku hanya memberiku uang yang pas untuk biaya anak-anakku dan kehidupan sehari-hari. Bahkan aku pernah tidak memegang uang seperakpun. Padahal apa yang di katakan orang di luar sana selalu tinggi. Mereka selalu bilang jika aku dan kedua anankku hidup dengan serba kecukupan. Namun omongan itu tidak membuat aku ingin menuntut banyak dengan suamiku. Aku hanya ingin satu. Jika dia ingin membawa wanita lain, jangan saat ada anak-anak. Jangan sampai anak-anak tau apa yang sedang terjadi pada ayahnya. Aku terima apa yang ingin dia lakukan. Karena aku masih percaya Allah tak akan memberi cobaan kepada umatnya jika umatnya itu tidak mampu melewatinya. Aku percaya suatu saat Allah akan memberi semua jalan yang terbaik. Termasuk aku, suamiku dan anak-anakku.
Allah tidak pernah tidur.
Untuk anak-anakku, jangan pernah kalian sekali-kali nakal ya, Nak. Apa lagi sama ayah.
Dan buat suamiku, terima kasih mas sudah menjaga ku, menyayangiku, dan mencintaiku walau itu hanya sebentar. Jika memang aku hanya sampah untukmu, aku akan keluar dari rumahmu. Namun kasih aku kesempatan mas, sampai aku sudah bisa mencari uang sendiri. Terima kasih

Tuesday, April 2, 2013


Ayah, Maafkan Aku

 kalau aku selama ini sering membuatmu marah

maafkan kalau aku kadang tidak patuh dengan perintah-perintahmu
maafkan karena aku pikir langkahku yang benar
yah, aku melanggar mungkin karena aku gak tahu yang sebenarnya
ayah kan lebih tua dari aku
tapi, waktu itu aku gak mikir sampai kesitu yah
hari-hariku lalui dengan keputusanku sendiri
tapi engkau selalu tetap bersabar menghadapi semua keputusanku
dan engkau tidak pernah luntur untuk mengingatkanku
yah, semangatmu tidak kalah sama para pejuang dahulu
aku bangga denganmu yah
engkau selalu tersnyum merekah
saat aku mengeluh engkau selalu mencoba menenangkanku
berusaha membuatku tersenyum kembali
memelukku erat dengan kasih sayangmu
yah, kini aku telah dewasa
aku sudah bisa tahu tentang segala hal
itu juga berkat usaha ayah
yang mencoba memberi pendidikan yang terbaik untukku
menyebut namaku disetiap selipan doamu
yah, kemarin kita bisa tersenyum bersama
bercanda dengan ceritaku di perantauan
engakau menanyakan ini itu
dan aku mencoba menjawabnya dengan semangat
di kursi ruang tamu itu kita duduk bersama
bercerita segala hal, nonton TV bersama
kadang ku teringat saat dulu kau marahi aku di ruangan itu
sekarang aku tahu yah, kemarahanmu bukan bencimu
sekali lagi aku minta maaf ya yah
yah, kapan kita bisa bersama lagi seperti kemarin
aku rindu dengan senyum ayah yang dapat membuatku tegar
nasehat ayah yang menyejukkan
kerja keras ayah yang ulet
yah, mengapa engkau tak menjawab
jawab yah, jawab
mengapa kau katupkan kelopak matamu yah
buka yah, buka
ini aku, anakmu yah
ayah marah ya, ayah benci sama aku?
ayah, ayah, ayah
ayah, maafkan aku

 Penyesalan

        Angin malam berhembus kencang menerjang lapisan kulit setiap insan yang merasakan meski rembulan tampil dengan bulat sempurna meski bintang-bintang terang benderang menghiasi malam, namun pemandangan tersebut tak turut menghibur hati Jono yang
sedang padam bagai tersiram air yang deras.
Jono adalah seorang pria yang sedang berkepala lima akan tetapi satu persatu anaknya pergi meninggalkan Jono dan istrinya, mereka tidak tahan dengan kondisi ekonomi keluarganya.

Jono termenung tak berdaya, pandangannya kosong yang di pikirnya hanya satu bagaimana ia mendapatkan uang dan tidur pulas di rumah bersama Tini istrinya dan Riko anaknya yang masih tersisa, ia tak berani pulang ke rumah dengan tangan hampa sebab jika pulang ia hanya mendapatkan cacian dari sang istri bahkan ia di suruh tidur di luar rumah, sebenarnya Jono tak tahan lagi atas perlakuan Tini, namun apa daya nasi telah menjadi bubur padahal sejak masih menjadi kekasihnya ,Ibu Jono melarang Jono berhubungan dengan Tini,Ibu Jono tidak suka dengan sikap Tini yang sombong dan tak sopan itu akan tetapi Jono memperdulikannya, ia hanya ingin menikah dan membangun keluarga baru bersama istrinya yang cantik yaitu Tini dan kini hanya ada penyesalan yang mendalam yang di rasakan seorang pria yang selalu memakai kaca mata minues, selain hidupnya sengsara,ia pun sudah di coret dalam buku harta warisan orang tuanya,bahkan ia menikah tanpa restu dan kehadiran sang Ibu yang dulu di sayangnya.

Dua jam berlalu, Jono masih dalam posisinya, duduk dan memandangi bintang di langit berharap bintang itu jatuh kemudian ia dapat berdoa agar seseorang dapat membantu kesusahannya.Dua jam yang tak sia-sia tiba-tiba benda asing jatuh dari langit,melihat peristiwa tersebut sontak membuat Jono terkejut, ia beranggapan bahwa benda asing itu adalah sebuah bintang yang jatuh dari angkasa,tanpa pikir panjang Jono segera memanjatkan doanya.
“wahai bintang yang jatuh bantu lah aku dari kesusahan ini, berilah jalan keluar untuk ku”,harapannya yang keluar dari mulut manisnya, meski ia masih percaya dengan Tuhan.
Selang beberapa menit, suara handphone yang di ikat kuat menggunakan gelang karet di permukaannya berbunyi dengan nada yang beraturan, senyum lebar terpasang di bibirnya namun memori otaknya masih mengingat istri dan anaknya.
“semoga saja ini berita baik untuk ku”,ucapnya dalam hati.
Tangan kanannya yang semula memegang permukaan kursi kini beranjak naik merangkul benda kotak kecil itu di saku bajunya, sebuah pesan singkat dari seseorang yang tak asing dipikirannya.
JONO TOLONG PULANG KE RUMAH, IBU MU SAKIT PARAH
Melihat pesan tersebut ekpresi wajahnya mendadak berubah,aliran darahnhya seakan-akan tak mau mengalir,jantung terasa teriris belati tajam,tak terasa butir-butir air mata menetes,menetes,dan terus menetes hingga kini ia di banjiri tangisan,doanya yang sudah ia ucapkan berbalik menjadi bumerang untuk hidupnya.
“wahai bintang !,mengapa kau kabulkan doa yang bukan aku harapkan,mengapa kau tega kepada ku?,menambah beban di hidup ku”,protesnya seraya membentangkan kedua tangannya,wajahnya menatap ke atas langit memberi ekpresi kesal, seolah tak terima dengan berita buruk yang telah ia dapatkan.

Derai air mata yang pada saat itu terus mengalir membasahi pipinya,mengingatkannya saat ia membuat segores luka di hati ibu nya, mendorong sang ibu hingga terjatuh dan akhirnya Ayah mengusirnya bersama istrinya,mungkinkah ini balasan untuk ku ?, ataukah buah dari perbuatan ku selama ini kepada Ibu,pikirnya dalam hati.
Akhirnya ia bergegas menuju rumah orang tuanya yang sangat membutuhkan kehadirannya,ia tak peduli nanti jika ibu nya tak menerima kedatangannya,asalkan ia bisa bertemu dengan ibu,dan ibu nya lah saja.

Sepeda besi berkarat yang setia menemani kemana Jono pergi itu di kayuhnya,berkilo-kilo meter jarak yang ia tempuh,keringat terus mengguyur seluruh tubuhnya,lelah pun di rasakan oleh seorang anak yang merindukan sosok ibu, namun semua itu terbayar ketika ban kendaraan tak bermesin itu berhenti tepat di sebuah rumah yang sangat megah, rumah itu milik keluarga besar KURNIAWAN, rumah yang menemaninya hampir dua puluh tahun,pintu gerbang yang biasa ia lewati menuju rumah, ayunan yang sejak kecil ia pakai untuk bermain, kursi bercat putih yang tidak berubah tampilannya yang dulu ia pakai untuk sekedar duduk-duduk saja, kini membawanya ke dunia masa lalu, masa lalu yang indah dimana ia selalu di peluk oleh ibu,dimana ibu dan ayahnya selalu memberi senyuman indah untuknya.Dari balik pintu terlihat sosok manusia yang berbadan gemuk,berkaca mata,dan berambut pelontos melemparkan satu senyuman manis tepat mengenai Jono.
“Ono kesini lah nak, ayah dan ibu merindukanmu”,rayu sang ayah seraya membentangkan tangannya berharap sang anak memeluk dirinya.
“ayah,maafkan jono, jono menyesal telah berbuat seperti ini”,balasnya dengan nada yang tak jelas akibat isak tangis yang memburu kemudian memeluk tubuh ayahnya.
“sudahlah jono jangan kau sesalkan perbuatan mu dulu karena itu sudah ayah lupakan,ayah dan ibu sudah memaafkan mu, ayah dan ibu juga meminta maaf karena sudah mengusir mu”,jawab ayah seraya mengelus punggungnya.
Perbincangan ayah dan anak tersebut terdengar oleh seorang wanita tua yang tertutupi oleh uban di rambutnya.
“ayah di luar ada siapa ?”,tanya ibu dengan suara serak sesekali ia batuk.
Pandangan Jono tertuju ke arah Ayah, setelah pandangannya dan pendengarannya mengarah ke pintu rumah.
“itu ibu nak,ayo lah masuk ke dalam, bertemu lah dengan ibu mu, ibu sangat merindukan mu”,ajak sang ayah kepadanya
“nanti saja yah, Jono belum siap untuk bertemu ibu, mungkin besok Jono datang bersama keluarga”,ujar Jono seraya memegang tangan ayah.
“baiklah,ayah mengerti ya sudah pulanglah nak,istri dan anak-anak mu mungkin mengkhawatirkan mu”,ucap ayah memberi satu lagi senyuman manis.

Akhirnya Jono pulang dan kembali ke rumahnya dengan rasa senang,tenang dan nyaman meski Jono masih belum bertemu dengan ibunya setidaknya ayah masih menyambutnya dengan ramah. Ditengah perjalanan ia dikejutkan dengan temuan benda asing, benda asing yang berbentuk botol itu memaksa ban sepeda jono berhenti untuk kedua kalinya, rasa ingin tau nya muncul dipegangnya botol itu oleh jono kemudian penutup botol itu terbuka ketika jono memaksakan tangannya untuk membuka, tiba-tiba dari botol itu keluar asap tebal yang menutupi seluruh pandangannya, namun ketika asap itu sedikit demi sedikit menghilang pandangan jono tertuju pada sosok orang yang berpostur tinggi jenggotnya dipenuhi uban penampilannya pun sangat membingungkan jono.
“siapa kau!.”ujar jono mengangkat telunjuknya kearah orang asing itu.
“hahaha...,aku adalah jin dari timur tengah, karena tuan telah menyelamatkan hamba, hamba beri satu permintaan, apa saja yang tuan minta hamba akan kabulkan, hahaha... .”jawab jin itu puas.
Mendengar penjelasan jin, jono seolah tak percaya namun apa salahnya jika mencoba, pikirnya.
“baiklah jika kau bisa kabulkan permintaan ku aku akan percaya padamu jika tidak kau berarti hanya seorang pembual.”
“memang apa permintaan mu wahai tuan ku?.”
“aku ingin kembali ke dua puluh tahun lalu itu saja permintaan ku wahai mahluk halus.”
“Wahai tuan ku !, maaf kan aku jika aku lancang, aku hanya ingin tahu dibalik permintaan mu itu, sungguh aku tak mengetahui maksud permintaan mu.”
“wahai jin !,jika kau kabulkan permintaan ku nanti, di masa lalu itu aku ingin berubah dan lebih menghargai kedua orang tua ku termasuk ibuku.”
Mendengar jawaban jono, jin itu menangis dan akhirnya permintaan jono itu dikabulkan olehnya dengan memberi satu pesan kepada jono.

SESUNGGUHNYA PENYESALAN ITU AKAN DATANG SETELAH KITA BERBUAT SATU KESALAHAN, MAKA JANGAN LAH MELAKUKAN KEMBALI KESALAHAN ITU KARENA JIKA MELAKUKAN KEMBALI BERSIAPLAH UNTUK MENGHADAPI PENYESALAN. 

 Akibat Mengambil Uang Rp. 150,- (Kisah Nyata)


Sahabat Hikmah…
Ada satu kisah yang sangat BERHARGA, diceritakan seorang trainer Kubik Leadership yang bernama Jamil Azzaini di kantor Bea dan Cukai Tipe A Bekasi sekitar akhir tahun 2005. Dalam berceramah agama, beliau menceritakan satu kisah dengan sangat APIK dan membuat air mata pendengar berurai. Berikut ini adalah kisahnya:
Pada akhir tahun 2003, istri saya selama 11 malam tidak bisa tidur. Saya sudah berusaha membantu agar istri saya bisa tidur, dengan membelai, diusap-usap, masih susah tidur juga. Sungguh cobaan yang sangat berat. Akhirnya saya membawa istri saya ke RS Citra Insani yang kebetulan dekat dengan rumah saya. Sudah 3 hari diperiksa tapi dokter tidak menemukan penyakit istri saya. Kemudian saya pindahkan istri saya ke RS Azra, Bogor. Selama berada di RS Azra, istri saya badannya panas dan selalu kehausan sehingga setiap malam minum 3 galon air Aqua. Setelah dirawat 3 bulan di RS Azra, penyakit istri saya belum juga diketahui penyakitnya.
Akhirnya saya putuskan untuk pindah ke RS Harapan Mereka di Jakarta dan langsung di rawat di ruang ICU. Satu malam berada di ruang ICU pada waktu itu senilai Rp 2,5 juta. Badan istri saya –maaf- tidak memakai sehelai pakaian pun. Dengan ditutupi kain, badan istri saya penuh dengan kabel yang disambungkan ke monitor untuk mengetahui keadaan istri saya. Selama 3 minggu penyakit istri saya belum bisa teridentifikasi, tidak diketahui penyakit apa sebenarnya.
Kemudian pada minggu ke-tiga, seorang dokter yang menangani istri saya menemui saya dan bertanya, “Pak Jamil, kami minta izin kepada pak Jamil untuk mengganti obat istri bapak.”
“Dok, kenapa hari ini dokter minta izin kepada saya, padahal setiap hari saya memang gonta-ganti mencari obat untuk istri saya, lalu kenapa hari ini dokter minta izin ?”
“Ini beda pak Jamil. Obatnya lebih mahal dan obat ini nantinya disuntikkan ke istri bapak.”
“Berapa harganya dok?”
“Obat untuk satu kali suntik 12 juta pak.”
“Satu hari berapa kali suntik dok?”
“Sehari 3 kali suntik.”
“Berarti sehari 36 juta dok?”
“Iya pak Jamil.”
“Dok, 36 juta bagi saya itu besar sedangkan tabungan saya sekarang hampir habis untuk menyembuhkan istri saya. Tolong dok, periksa istri saya sekali lagi. Tolong temukan penyakit istri saya dok.”
“Pak Jamil, kami juga sudah berusaha namun kami belum menemukan penyakit istri bapak. Kami sudah mendatangkan perlengkapan dari RS Cipto dan banyak laboratorium namun penyakit istri bapak tidak ketahuan.”
“Tolong dok…., coba dokter periksa sekali lagi. Dokter yang memeriksa dan saya akan berdoa kepada Rabb saya. Tolong dok dicari”
“Pak Jamil, janji ya kalau setelah pemeriksaan ini kami tidak juga menemukan penyakit istri bapak, maka dengan terpaksa kami akan mengganti obatnya.” Kemudian dokter memeriksa lagi.
“Iya dok.”
Setelah itu saya pergi ke mushola untuk shalat dhuha dua raka’at. Selesai shalat dhuha, saya berdoa dengan menengadahkan tangan memohon kepada Allah, -setelah memuji Allah dan bershalawat kepada Rasululloh,
“Ya Allah, ya Tuhanku….., gerangan maksiat apa yang aku lakukan. Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga engkau menguji aku dengan penyakit istriku yang tak kunjung sembuh. Ya Allah, aku sudah lelah. Tunjukkanlah kepadaku ya Allah, gerangan energi negatif apakah yang aku lakukan sehingga istriku sakit tak kunjung sembuh ? sembuhkanlah istriku ya Allah. Bagimu amat mudah menyembuhkan penyakit istriku semudah Engkau mengatur Milyaran planet di muka bumi ini ya Allah.”
Kemudian secara tiba-tiba ketika saya berdoa, “Ya Allah, gerangan maksiat apa yang pernah aku lakukan? Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga aku diuji dengan penyakit istriku tak kunjung sembuh?” saya teringat kejadian berpuluh-puluh tahun yang lalu, yaitu ketika saya mengambil uang ibu sebanyak Rp150,-.
Dulu, ketika kelas 6 SD, SPP saya menunggak 3 bulan. Pada waktu itu SPP bulanannya adalah Rp 25,-. Setiap pagi wali kelas memanggil dan menanyakan saya, “JaMil, kapan membayar SPP ? JaMil, kapan membayar SPP ? JaMil, kapan membayar SPP ?” Malu saya. Dan ketika waktu istrirahat saya pulang dari sekolah, saya menemukan ada uang Rp150,- di bawah bantal ibu saya. Saya mengambilnya. Rp75,- untuk membayar SPP dan Rp75,- saya gunakan untuk jajan.
Saya kemudian bertanya, kenapa ketika berdoa, “Ya Allah, gerangan maksiat apa? Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga penyakit istriku tak kunjung sembuh?” saya diingatkan dengan kejadian kelas 6 SD dulu ketika saya mengambil uang ibu. Padahal saya hampir tidak lagi mengingatnya ??. Maka saya berkesimpulan mungkin ini petunjuk dari Allah. Mungkin inilah yang menyebabkan istri saya sakit tak kunjung sembuh dan tabungan saya hampir habis. Setelah itu saya menelpon ibu saya,
“Assalamu’alaikum Ma…”
“Wa’alaikumus salam Mil….” Jawab ibu saya.
“Bagaimana kabarnya Ma ?”
“Ibu baik-baik saja Mil.”
“Trus, bagaimana kabarnya anak-anak Ma ?”
“Mil, mama jauh-jauh dari Lampung ke Bogor untuk menjaga anak-anakmu. Sudah kamu tidak usah memikirkan anak-anakmu, kamu cukup memikirkan istrimu saja. Bagaimana kabar istrimu Mil, bagaimana kabar Ria nak ?” –dengan suara terbata-bata dan menahan sesenggukan isak tangisnya-.
“Belum sembuh Ma.”
“Yang sabar ya Mil.”
Setelah lama berbincang sana-sini –dengan menyeka butiran air mata yang keluar-, saya bertanya, “Ma…, Mama masih ingat kejadian beberapa tahun yang lalu ?”
“Yang mana Mil ?”
“Kejadian ketika Mama kehilangan uang Rp150,- yang tersimpan di bawah bantal ?”
Kemudian di balik ujung telephon yang nun jauh di sana, Mama berteriak, (ini yang membuat bulu roma saya merinding setiap kali mengingatnya)
“Mil, sampai Mama meninggal, Mama tidak akan melupakannya.” (suara mama semakin pilu dan menyayat hati),
“Gara-gara uang itu hilang, mama dicaci-maki di depan banyak orang. Gara-gara uang itu hilang mama dihina dan direndahkan di depan banyak orang. Pada waktu itu mama punya hutang sama orang kaya di kampung kita Mil. Uang itu sudah siap dan mama simpan di bawah bantal namun ketika mama pulang, uang itu sudah tidak ada. Mama memberanikan diri mendatangi orang kaya itu, dan memohon maaf karena uang yang sudah mama siapkan hilang. Mendengar alasan mama, orang itu merendahkan mama Mil. Orang itu mencaci-maki mama Mil. Orang itu menghina mama Mil, padahal di situ banyak orang. …rasanya Mil. Mamamu direndahkan di depan banyak orang padahal bapakmu pada waktu itu guru ngaji di kampung kita Mil tetapi mama dihinakan di depan banyak orang. SAKIT…. SAKIT… SAKIT rasanya.”
Dengan suara sedu sedan setelah membayangkan dan mendengar penderitaan dan sakit hati yang dialami mama pada waktu itu, saya bertanya, “Mama tahu siapa yang mengambil uang itu ?”
“Tidak tahu Mil…Mama tidak tahu.”
Maka dengan mengakui semua kesalahan, saya menjawab dengan suara serak,
“Ma, yang mengambil uang itu saya Ma….., maka melalui telphon ini saya memohon keikhlasan Mama. Ma, tolong maafkan Jamil Ma…., Jamil berjanji nanti kalau bertemu sama Mama, Jamil akan sungkem sama mama. Maafkan saya Ma, maafkan saya….”
Kembali terdengar suara jeritan dari ujung telephon sana,
“Astaghfirullahal ‘Azhim….. Astaghfirullahal ‘Azhim….. Astaghfirullahal ‘Azhim…..Ya Allah ya Tuhanku, aku maafkan orang yang mengambil uangku karena ia adalah putraku. Maafkanlah dia ya Allah, ridhailah dia ya Rahman, ampunilah dia ya Allah.”
“Ma, benar mama sudah memaafkan saya ?”
“Mil, bukan kamu yang harus meminta maaf. Mama yang seharusnya minta maaf sama kamu Mil karena terlalu lama mama memendam dendam ini. Mama tidak tahu kalau yang mengambil uang itu adalah kamu Mil.”
“Ma, tolong maafkan saya Ma. Maafkan saya Ma?”
“Mil, sudah lupakan semuanya. Semua kesalahanmu telah saya maafkan, termasuk mengambil uang itu.”
“Ma, tolong iringi dengan doa untuk istri saya Ma agar cepat sembuh.”
“Ya Allah, ya Tuhanku….pada hari ini aku telah memaafkan kesalahan orang yang mengambil uangku karena ia adalah putraku. Dan juga semua kesalahan-kesalahannya yang lain. Ya Allah, sembuhkanlah penyakit menantu dan istri putraku ya Allah.”
Setelah itu, saya tutup telephon dengan mengucapkan terima kasih kepada mama. Dan itu selesai pada pukul 10.00 wib, dan pada pukul 11.45 wib seorang dokter mendatangi saya sembari berkata,
“Selamat pak Jamil. Penyakit istri bapak sudah ketahuan.”
“Apa dok?”
“Infeksi prankreas.”
Saya terus memeluk dokter tersebut dengan berlinang air mata kebahagiaan, “Terima kasih dokter, terima kasih dokter. Terima kasih, terima kasih dok.”
Selesai memeluk, dokter itu berkata, “Pak Jamil, kalau boleh jujur, sebenarnya pemeriksaan yang kami lakukan sama dengan sebelumnya. Namun pada hari ini terjadi keajaiban, istri bapak terkena infeksi prankreas. Dan kami meminta izin kepada pak Jamil untuk mengoperasi cesar istri bapak terlebih dahulu mengeluarkan janin yang sudah berusia 8 bulan. Setelah itu baru kita operasi agar lebih mudah.”
Setelah selesai, dan saya pastikan istri dan anak saya selamat, saya kembali ke Bogor untuk sungkem kepada mama bersimpuh meminta maaf kepadanya, “Terima kasih Ma…., terima kasih Ma.”
Namun…., itulah hebatnya seorang ibu. Saya yang bersalah namun justru mama yang meminta maaf. “Bukan kamu yang harus meminta maaf Mil, Mama yang seharusnya minta maaf.”
Sahabat Hikmah…
Maha benar sabda Rasulullaah shalallaahu ’alaihi wa sallam :
“Ridho Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua” (HR Bukhori, Ibnu Hibban, Tirmidzi, Hakim)
“Ada tiga orang yang tidak ditolak doa mereka:
orang yang berpuasa sampai dia berbuka,
seorang penguasa yang adil,
dan doa orang yang teraniaya.
Doa mereka diangkat Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit dan Allah bertitah, ‘Demi keperkasaan-Ku, Aku akan memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak segera.” (HR. Attirmidzi)
Kita dapat mengambil HIKMAH bahwa:
Bila kita seorang anak:
* Janganlah sekali-kali membuat marah orang tua, karena murka mereka akan membuat murka Allah subhanau wa ta’ala. Dan bila kita ingin selalu diridloi-Nya maka buatlah selalu orang tua kita ridlo kepada kita.
* Jangan sampai kita berbuat zholim atau aniaya kepada orang lain, apalagi kepada kedua orang tua, karena doa orang teraniaya itu terkabul.
Bila kita sebagai orang tua:
* Berhati-hatilah pada waktu marah kepada anak, karena kemarahan kita dan ucapan kita akan dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, dan kadang penyesalan adalah ujungnya.
* Doa orang tua adalah makbul, bila kita marah kepada Anak, berdoalah untuk kebaikan anak-anak kita, maafkanlah mereka.
Semoga bermanfaat dan bisa mengambil HIKMAH..
Wassalam

Saturday, March 23, 2013


Semenjak bayi bapaku telah pergi meninggalkan kami,otomatis kebutuhan kelurga aku beseerta 5 adik ibuku dan neneku,semua tanggung jawab di bebankan ke ibuku.apa lagi kakek ku pun meninggal d
unia pada saat kami dan saudara ibuku semua masih kecil2..

Aku kurang paham apa yang di sebut sebuah tanggung jawab,karena aku masih kecil waktu itu.

Siang hari ibuku jual makanan ringan di depan rumahku,aku dan ke lima saudara ibuku pun masih sekolah semua,hanya ibuku lah bekerja demi keluarga semua,nenek yang bagian memasak dan merawat kami ibu ku tiada hari kerja dan kerja tampa tau waktu.

17 tahun sudah umurku.aku pun sudah mulai bekerja di pasar di sebuah toko.karena tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan sekolah aku pun memutuskan bekerja untuk meringankan beban ibuku.
Tidak dengan adik2 ibuku..mereka semua masih sekolah hingga perguruan tinggi.

20 tahun sudah ibuku merawat kami.Adik2 ibuku pun menikah dan ikut suami atau istrinya tinggal kami bertiga nenek aku dan ibuku.

Di malam yang dingin ntah kenapa pertanyaan yang selalu aku pendam beberapa tahun ini ingin sekali aku sampaikan pada ibuku.
Dengan sedikit keberanian ku tanyakan pada ibuku...kerja apa gerangan setiap malam beliu keluar rumah hingga fajar menyingsing ibu akan pulang..
Banyak yang memberitahuku bahwa ibuku bekerja sebagai pelacur di rumah bordir di kota kami.

Dengan ku ucap bismillah ku beranikan bertanya pada ibuku.tp yang aku dapat beliu hanya tersenyum dan mengatakan tidak usah mengurusi omongan para tetangga,yang penting kelurga kita tidak merepoti mereka.

Malam itu.sehabis aku jalan2 sama pacarku..tampa aku sadari aku melihat ibuku di tempat sepi bersama dengan laki2.aku ikuti mereka..yang ternyata pemandangan yang tak seharusnya aku lihat benar2 ada di depan mata..ya ALLAH ibuku memang memang seorang pelacur..23 tahun sudah ibuku bekerja sebagai pelacur untuk menghindupi kami..karena dengan bekerja seperti itu kebutuhan aku dan adik2nya akan tercukupi.
Aku begitu marah aku malu dengan pacarku dan mengetahui itu dia langsung memetuskan hubungan kami karena dia tak sudi memiliki calon mertua seorang pelacur.

Karena sakit hati aku di putuskan pacarku.
Aku pun bergegas pulang dan beres2 baju pergi dari rumah tampa pamit nenek dan ibu ku.

7 bulan setelah kepergianku.

Setiap malam wajah ibuku selalu hadir dalam mimpi ku,akhirnya aku pun beranikan tlp nenek ku.
Tangisku langsung pecah saat mendengar ibuku sedang sakit keras.
saat itu juga aku pun bergegas pulang ke rumah.

Sampai di rumah,yang aku dapati hanya nenek,sempat ku tanyakan ibu di mana,,ibu lagi bekerja dan belum pulang.
Lagi2 aku marah aku sempat emosi terhadap nenek ku..karena menipu ku yang mengatakan ibuku sakit keras.Nenek ku bersikeras jika ibuku benar2 sakit..dalam hatiku mana mungkin wanita sakit keras masih bisa bekerja,apa lagi bekerja sebagai wanita panggilan.

Pukul 6 pagi,ku dengar suara sepeda motor ibuku bunyi,aku tahu pasti beliu baru pulang.aku diam karena tak ingin melihatnya.karena ingin kebelakang aku pun keluar kamar untuk ke kamar mandi..

YA TUHAN....apa yang aku lihat di dalam kamar mandi itu..ibuku gundul tampa rambut hanya beberapa helai yang hanya menempel di kepalanya.
Seketika aku menangis histeris aku peluk ibuku dari belakang.
Seketika itu ibuku kaget dan bergegas menggunakan rambut palsu yang kebetulan sedang di lepaskan.

Aku menangis histeris melihat keadaan ibuku seperti itu.
Ibuku pun menangis histeris mengetahui kepulangan ku..
Kami tangis2an dan berpelukan ,nenek yang melihat dan mendengar kami sedang menangis pun ikut2an menangis bersama kami.

Malam itu baru pertama kalinya aku merasa bahagia semenjak kepergianku dari rumah.

Saat di kamar kami bertiga mengobrol aku bertanya apa gerangan sakit yang di derita ibuku.
LEOKIMIA..sontak aku kaget dan menangis.aku tak sanggup membayangkan dalam keadaan sakit parah beliu tak mau berobat,beliu tetap bekerja walau rambut gundul tapi beliu gunakan rambut palsu untuk menutupi kekurangan penampilanya.
Lagi2 aku memeluk ibuku.ku paksa beliu berobat ke rumah sakit tp beliu menolak..
Beliu tak mau aku dn nenek terbebani soal biaya..dengan menahan tangis beliu mengatakan semua manusia pasti akan mati.jadi biarkan diriku yang menderita asal anak dan ibuku tak merasakan penderitaan itu " kata ibuku.
Aku hanya bisa menangis aku tetap berusaha memaksa ibuku untuk berobat tapi beliu menolak,beliu tahu penyakit itu tidak mungkin bisa di sembuhkan maka dari itu di sisah umurnya beliu tetap bekerja sebagai wanita panggilan hanya untuk membahagian kami.

3 hari setelah kepulanganku,kondisi ibu ku semakin drop,aku tahu beliu sudah tak mampu lagi dengan penyakit itu lagi2 beliu tutup i itu semua dari kmi karena takut kami kwatir.

Akhirnya aku memohon hentikan pekerjaan itu,aku sudah cukup bahagia dengan apa yang aku dapat,pengorbanan ibu sudah cukup terlalu besar buat kami.

Hingga ku dengar swara bruakkkkk.....ku berlari ke kamar,ku lihat ibuku jatuh tersungkur ke tanah dengan nafas yang tersengal sengal dia katakan sesuatu maaf kan ibu yang tidak bisa berusaha lagi untuk membahagiakan kalian,cukup 3 rumah yang aku dapatkan dari hasil kerjaku beberapa tahun ini agar kalian tidak kekurangan setelah aku tinggalkan.."
Setelah berucap demikian ibuku pun menutup mata untuk selama lamanya..

Ibuuuuuuu....aku tak mauu semua itu,aku tak mau harta,aku mau ibuu..
"ku goncang2kan tubuh ibuku.

Pemakaman itu pun tiba..aku menangis tiada henti aku belum iklas ibu pergi,aku masih ingin membahgiakan ibu dia berkorban demi keluarga juga demi aku..kenapa aku masih bisa sempat malu mempunyai ibu seperti beliu.

1 Tahun,kematian ibuku..aku masih belum bisa melupakan beliu.apa lagi tanggung jawab keluargaku ada di pundaku,baru sekarang aku rasakan tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga..betapa susahnya miikir tiap bulan air dan listrik serta kebutuhan rumah kami lainya,semakin sedih hati ini jika membayangkan seorang wanita bekerja sendiri menghidupi 7 orang sekaligus hampir 23 tahun lamanya.

I LOVE U MAM..SUNGGUH KAU BEGITU HEBAT BIARPUN ORANG LAIN MEMANDANGMU HINA BIAR ALLAH YANG MENILAI INI SEMUA,KARENA AKU YAKIN KAU PUN MELAKUKAN PEKERJAAN ITU KARENA TERPAKSA KARENA SEBAGAI WANITA TAMPA PENDIDIKAN DAN HARUS MEMBUTUHKAN BIAYA YANG TIDAK SEDIKIT DEMI ORANG2 YANG KAMU SAYANGI,AKU TIDAK AKAN MALU MEMILIKI IBU SEPERTIMU KARENA AKU YAKIN BELUM TENTU WANITA LAIN SANGGUP MELAKUKAN ITU SEMUA.

Kecewa itu yang aku dapat dari luar pulau untuk menemui ibu kandung,ingin rasanya saat ini cepat sampai rumah untuk memeluk ibu angkatku.

Di depan rumah ku lihat wajah tua itu menitiskan air mata ,,ya dialah ibu angkatku dia menanti kepulanganku di depan pintu aku pun berhambur lari ke pelukan ibuku,dan kami pun menangis di depan halaman rumah tampa perduli orang lain memperhatikan kami.

Ibuku menangis melihat keadaanku yang habis oprasi,ku lihat raut wajahnya yang mengkerut menandakan beliau sudah tua.tak ada sesuatu katapun yang keluar dri dari bibirnya yang kulihat hanya air mata yg membasahi pipinya
Aku gak bisa berbuat apa2 untuk menjelaskan apa yang terjadi tp aku tahu dia mengetahui segalanya atas perih luka kekecewaanku.

Ibu walaupun beliu bukan ibu kandungku,tp kasih sayang beliu melebihi dr segalanya walapun bapak angkatku pergi meninggalkan kami ibu ku tak berniat ingin menikah lagi atau ingin mempunyai anak lagi karena takut kasih sayang yang di berikan untuku berkurang.
Ya allah aku bersyukur keadaan ini semua kasih sayang ibu ku melebihi kasih sayang ibuku kandung.

Air mata ini tak sanggup aku bendung saat tampa sengaja ku temukan buku diary ibuku..ku baca semua curahan hati ibuku di buku itu

" Tgl 08 -05 -2001 "

Akhirnya yang aku takutkan beberapa tahun ini benar2 terjadi,anaku pergi mencari ibu kandungnya,ingin aku melarang karena aku takut kehilangan putraku,tp aku gak ingin dia kecewa atau bersedih,
Hanya padamu,
jeritan hati ini ku limpahkan ya allah.
Malam ini terasa sepi aku rindu putraku ku siapkan masakan kesukaanya tp dia belum pulang2,jika memang putraku berkeinginan tinggal dengan ibu kandungnya.lebih baik secepatnya nyawa ini lepas dr raga,aku sanggup kehilangan segalanya asal jangan dia,

22 15 wib.

aku takut kehilanganmu nak..aku menanti kepulanganmu tp kapan,ingin aku menelpon mu tapi itu tak mungkin aku gak mau menggangu pertemuanmu dengan ibu kandungmu..
Aku betul betul takut kau tinggalkan aku takut tak menghiraukan aku.aku tak mau itu ya gusti.

Air mata lagi2 basah membasahi buku diary ibuku.aku janji pada diriku apapun yang terjadi tidak akan pernah aku meninggalkan dirimu aku janji ibu,ingin saat ini aku memlukmu dan meminta maaf padamu aku sempat tak memikirkan perasaanmu,kau memang ibu angkatku,tp kasih sayangmu melebihi dari ibu kandung ku.

" IBUUUUU.....ku peluk ibuku erat2 aku menangis dan bersimpuh di kakinya telah berbuat beliau meneteskan air matanya untuku,.

"Nak ada sesuatu yang ingin aku sampaikan,ibu mu tlp aku tadi,dia akan menjemput kamu minggu ini.." ujar ibu angkatku,,ku melihat wajah merah menahan tangis di wajahnya,,ku peluk beliau erat2 aku berjanji hanya kematian yang bisa memisahkan aku dengan beliu walapun hati kecilku aku berharap bisa memeluk ibu kandungku,semenjak mendengar kabar itu ku lihat beliau murung,beberapahari ini ku hibur beliu dengan canda tawa dan jalan2 bersamaku aku yakinkan tidak akan pernah meninggalkan dia percayalah bu.

Tok tok...ku dengar ketukan pintu dari luar ku lihat sekilas ibu merasa was was dan menitiskan air mata..

Dengan langkahkan kaki aku pun bertanya pada sang pencipta harus berbuat apa aku sekarang di depanku ada dua orang wanita yang begitu besar jasanya terhadap kehidupanku beri aku petunjuk hambamu ini ya ROBB..

"Maaf kan aku " kata2 yang pertama kali terucap dr ibu kandungku,akupun menangis dan langsung memeluk beliau kami saling berpelukan dan saling tangis2an.dan kami pun duduk berempat beserta suami ibu kandungku,ku lihat wajah ibu angkatku dia terlihat ingin menangis tp dia begitu sanggup menutupi keadaan..

Tampa ku sadari ibuku kandung memberi sebuah cek berjumlah besar dan di serahkan ke ibu angkatku..sambil mengucapkan terima kasih telah merawat ku sambil menangis ibu kandungku meminta ijin agar ibu kandungku bisa dekat denganku,tak terlihat sama sekali air mata mengalir di mata ibu angkatku..ku pegang erat tangan beliau aku ingin meyakinkan beliau tak akan pernah aku meniggalkan beliu..hingga obrolan demi obrolan waktu malam pun tiba,,ibuku menginap di rumah kami,

Hingga tengah malam diam2 aku intip kamar ibu angkatku,ya ALLAH aku melihat beliu memeluk fotoku sambil menangis sesenggukan,ku dkati beliu ku yakinkan sekali lagi aku tidak akan pernah meninggalkan beliu...

"ingatlah ARDY ,ibumu sakit parah temani dia ikutlah pulang bersama ibumu,kamu jangan kwatir uang pemberian ibumu cukup banyak untuk masa depan hidupku .." kata ibuku sambil menunjukan sebuah cek pemberian ibu kandungku,ada sedikit rasa kecewa dalam hatiku segituhkan kasih sayangnya kepadaku hanya karena harta beliu rela melepaskan kepergianku..akupun berlalu meninggalkan kamar ibu angkatku sambil memikir ucapanya itu dan bergegas melihat kamar yang di tempati ibu kandungku dan suaminya ku lihat mereka terlelap tidur karena kecapekan..

Pagi hari sudah pukul 7 kenapa ibu angkatku belum keluar dri kamarnya tidak seperti biasanya beliau sudah bikin sarapan untuku apa lagi ada tamu.ku lihat ke kamar beliu tp tak kudapati beliu di kamarnya ku cari sekeliling rumah dan tanya ke tetangga ibuku tak ada yang tau keberadaanya..sambil menghibur hati aku pun berpikir mungkin ibu angkatku ke pasar untuk belanja karena semalam ku lihat beliu berseri seri menrima cek pemberian ibuku kandung.
Sambi ku tunggu kedatanganya aku pun memasuki kamar ibuku ku lihat sesuatu di balik bantal ibuku..yang ternyata sebuah surat dan sertifikat rumah beserta cek pemberian ibuku kandung,tanganku bergetar saat membuka surat itu..

"ARDY ... maaf ibu gak pamit pergi dari rumah,,aku tak sanggup menrima kenyataan kau akan pergi meninggalkan aku,demi kehidupanmu dan kebahagiaanmu maafkan aku harus pergi meninggalkan kalian tampa pamit terlebih dahulu..ini surat2 rumah dan beserta cek dr ibumu,gunakanlah untuk masa depanmu kelak jika sudah berkeluarga,selamat tinggal anaku titip salam sama ibu kandungmu..

Jantung ini tersa berhenti sejenak,tiada kekuatan untuk melangkahkan kaki untuk mengejar,,aku hanya bisa terhenyak sesaat dan IBUUUUUUUUUUUUUU..........ku berlari mengejar ibuku ntah ke mana kaki ini mengejar,,station,terminal,rumah saudara semua tak ada yang mengetahuinya,,, aku gak sanggup
menrima ini semua aku mau ibu,pulanglah bu ku umumkan di radio koran beserta keluarga ibuku yang lain tp tak pernah ada kabar dri beliu.
Ku ratapi hidupku ku sesali tingkahku yang sempat menilai ibuku lebih sayang harta dri pada aku.
Hingga 5 tahun sudah aku tetap mencari dan mencari keberadaan beliu tp nihil. Aku tetap menunggu kedatangan beliu ke rumah kami,sedangkan ibu kandungku kembali ke luar pulau

7 tahun persis kepergian ibuku akupun sudah menikah dan memiliki seorang putra,dan kini akupun di tugaskan ke pulau ibu kandung ku berada.ibu begitu senang menrima kedatangan kami walaupun kami tinggal di asrama tp jarak rumah kami tak begitu jauh kami tempu..di saat kami berjalan jalan ke alun2 kota dengan kelurga tiba tiba ada nyanyian dr seorang pengamen wanita lagu itu sering di nyanyikan ibu angkatku dulu waktu aku kecil..aku berlari mencari swara itu kaki ini merasa lemas saat ku tahu wanita itu mirip ibu angkatku..gak mungkin dia mengamen di alun2 kota ini batinku...ku dekati dia ku panggil dia..BU NUR...seketika wanita tua itu menolehku pandangan kami pun bertatapan air mata ini tak sanggup aku tahan saat mengetahui dia orang yang bertahun tahun aku cari.."maaf anda salah orang .. "ujar wanita itu sambil cepat berlari..aku tetep mengejar nya...aku gak akan salah dia adalah ibuku..ibuku yang berkorban besar untuku..aku peluk beliu dri belakang sambil meraung menangis memohon jangan dia tinggalkan aku lagi,,akhrinya beliu pun luluh dan menolehku menangis sejadi jadinya,,
ku ucap syukur kepadamumu sang khalik..kini aku baru tahu setelah ibu menjelaskan padaku,

Wktu itu beliu pergi dri rumah dia pergi ke pulau ibu kandungku berada dia berharap akan selalu bisa melihatku krn dia yakin aku akan ikut ibu kandungku di pulau itu,,padahal beberapa tahun ini aku tetap tinggal di rumah ibu angkatku karena aku berharap kedatanganya...kini.kami pun berkumpul bahagia setiap harii liburan kami sering bermain bersama ke rumah ibu kandungku..

Penyesalan Kasih Sayang..
 oleh : payzo (admin getect)

Di sebuah rumah gubuk, yang di dalamnya tidak ada penerangan, terdengarlah suara hentakkan seorang anak kepada ibunya, "pokoknya aku ingin dibelikan baju baru..." begitulah suara yang lantang tersebut membuat sang ibu yang sedang duduk berdzikir dalam kamar, terkejut. Detak jantungnya berdetak kencang, air mata menetes di pakaiannya, tangan kanannya menekan dada, dengan harapan agar detak jantungnya bisa berdetak lebih tenang. Tetapi sebelum detak jantung sang ibu mulai mereda, terdengar lagi suara lantang sang anak, dari luar kamar, "kalau ibu tidak mau menuruti keinginanku, aku akan pergi dari rumah ini.. biar.. biarlah ibu tinggal sendiri tanpa ada yang mengurus ibu..!!" detak jantung sang ibu bertambah kencang, jemari tangan kanannya semakin erat menggenggam dadanya. Suara napas sang ibu begitu berat, air matapun terus membasahi pakaian ibu. Penyakit jantung yang di pendam sang ibu selama ini mulai kambuh. dengan perasaan yang berkcamuk, sang ibu ingin menghentikan kegaduhan yang di lakukan sang anak, dengan susah payah ibupun berucap dengan berat dan lirih, "bukannya ibu tidak mau menuruti keinginanmu sayaaang...,"ibu terhenti sejenak, karena menahan rasa sakit di dadanya, kemudian ibu melanjutkan lagi ucapannya,"tetapi sejak bapak mu tiada, ibu tidak memiliki apa-apa untuk memenuhi semua keinginanmu", ucapan ibu kembali terhenti, karena tangisan semakin berat, sambil menahan suara tangisan ibupun kembali berucap dengan terbata-bata, "jika engkau ingin pergi.. pergilah.." tangisan ibu tambah berat, karena perkataan tersebut adalah bukan keinginan hatinya, hingga tangan kiri sang ibu, dengan erat menutupi mulutnya agar tangisnya bisa berhenti, tetapi semakin erat jemari ibu menutupi mulutnya, semakin berat tangisan sang ibu. Tiba-tiba "BRAAK...!!" terdengar benturan benda keras di dinding kamar ibu. Rupanya sang anak melempar kursi ke dinding kamar sang ibu, karena kesal ancamannya ingin pergi dari rumah, malah di restui oleh ibunya.
Dengan perasaan hancur dan sesak, perlahan sang ibu paksakan diri untuk berdiri dan keluar dari kamar untuk menghampiri sang anak, ketika di lihatnya sang anak dengan kondisi penampilan yang kacau, ibu pun tersenyum perih sambil menyeka air mata, agar sang anak tidak melihat air matanya, kemudian berucap," pergilah nak.. kalau kau mau pergi..", tetapi sang anak tetap diam di tempat sambil menahan rasa kesal. Melihat anaknya diam saja, sang ibu menghampiri, kemudian dengan perlahan meraih tangan sang anak."pergilah...." dengan lembut sang ibu berucap. Tetapi tiba-tiba sang anak dengan kasar menarik tangannya dari genggaman sang ibu, sambil berucap kasar,"Ibu memang tidak pernah sayang sama aku..., ibu memang benci sama aku.... ibuu..." ucapan sang anak terhenti, ketika sang ibu dengan tangisan yang tak terbendung, menarik paksa tangan sang anak ke arah pintu rumah. Melihat reaksi ibunya yang marah sembari menangis, membuat sang anak bingung, karena ulahnya yang mungkin sudah terlalu berlebihan menyakiti perasaan sang ibu, hingga sang ibu meneteskan air mata, dengan keadaan bingung sang anak berusaha melepas tarikan tangan ibunya.

Tetapi sebelum genggaman ibu terlepas, dan mulut sang anak belum sempat terucap maaf. Ibu sudah terlebih dahulu menarik dan mendorong anaknya keluar rumah, dan dengan seketika sang ibupun menutup rapat-rapat rumahnya, sembari menangis di balik pintu, karena tidak tega membiarkan sang anak terusir oleh dirinya sendiri. Sedangkan sang anak terdiam kebingungan dengan apa yang telah dia lakukan. sang anak mencoba untuk mengetuk pintu yang tertutup, sambil meneteskan air mata sang anak berucap pelan, "ibu.............. ibu.......  maaf ibu...", tangisan sang ibupun semakin berat, mendengar lirihan lisan sang anak. Sang ibupun semakin menangis, ketika setiap anaknya memanggil nama ibu. hingga akhirnya sang ibu terhenti menangis karena tidak lagi mendengar suara sang anak dari balik pintu. Karena kawatir, sang ibu mencoba mengintip di celah-celah pintu, untuk mengetahui apa yang sedang di lakukan anaknya... ternyata dilihatnya sang anak mencoba memberanikan diri pergi dari rumah, tetapi setelah melangkah sejauh 5 meter, sang anak kembali lagi di depan pintu, kemudian hal ini terus terulang sampai 3 kali. Setelah itu sang anak terdiri terdiam, dengan air mata terus terurai. dengan tubuh gemetar, karena perasaan terus berkecamuk, menyesal telah menyakiti perasan ibunya, kemudian perlahan sang anak menurunkan lututnya di depan pintu, sambil menempelkan pipinya yang basah ke dinding pintu. Kemudian berucap,:
"Ibu... buka pintunya bu... maafkan aku ibu... "

"jika engkau tidak mau membuka pintu ini..., "
"pintu siapa lagi yang akan terbuka untukku ibu...."

"ibu.. jika engkau mencabut kasih sayangmu..."
"kemana lagi aku akan mendapat kasih sayang seorang ibu.."

"Ibu... jika engkau tidak memaafkanku..."
"surga mana yang akan menerima anakmu ini bu..."
Mendengar tobat anaknya, sang ibupun bersegera membuka pintu kemudian memeluk anaknya sembari menangis dan berucap,:
"Anakku... sayangku... "
"Siapa yang tidak luluh hatinya ketika mendengar tobatmu.."
"Siapa yang tidak akan membuka pintu rumah untukmu..."
"Siapa yang tidak mau memaafkanmu..."
"Ibu mana yang tega membiarkan anaknya masuk kedalam siksa neraka..."
"maafkanlah ibu.. anakku... jika orang itu adalah ibumu ini..."
Ketika ibunya terdiam, sang anakpun menjawab," tidak ibu... akulah yang seharusnya minta maaf,... akulah anak yang tidak tau diri....., anak yang tidak pernah bersyukur...., tolong maafkan semua kesalahanku bu... aku berjanji tidak akan menjadi anak yang durhaka lagi....", seketika suasana menjadi hening, tangis isak sang ibupun tidak terdengar lagi,"bu....ibu...maafkan anakmu ini ya bu..." ucap lembut sang anak, tetapi ibu tidak menjawab sepatah katapun. dengan pelan sang anak menggoyang tubuh sang ibu,"bu.... ibu.... ibu... ibu...", tiba-tiba saja tubuh sang ibu terjatuh lunglai, dengan sigap sang anak memangku ibunya. terlihat raut wajah ibu yang masih basah dengan air mata, sang anak berusaha mengusap air mata di wajah ibu, tetapi ketika tangan sang anak menyentuh hidung ibu,  tidak dirasakan, adanya peredaran udara di sekitar hidung ibunya. dicek ke nadi ibunyapun sudah tidak berdetak lagi. 
Menyadari ibunya sudah meninggal dunia sang anak teriak histeris..
"IBUUUU......IBUUUUU....."
"maafkan aku ibu..."
"jangan tinggalkan aku ibu...."
"engkau belum sempat memaafkanku ibuu..."
"kemana lagi aku mencari penggantimu ibu..."
"aku menyesal ibu..."
"Ibuuuu..... Ibuuuu......"


Sekian dulu ceritanya semoga bisa di ambil hikmah dan pelajaran di dalamnya...

Kisah Seorang Ayah Takmengakui Anaknya

Saya adalah anak sulung dari lima bersaudara kandung, namun hal itu baru saya ketahui saat usia 21 tahun.  Saat saya dilahirkan orang tua saya belum menikah. Untuk menutupi rasa malu saya diadopsi oleh kakek-nenek dari pihak Ibu. Sehingga sejak saya lahir saya masuk daftar keluarga Kakek dan menjadi anak bungsu dari tujuh bersaudara. Jika berbicara masalah sakit hati, sejak dalam kandungan Ibuku saya sudah sakit hati sebagai anak yang ditolak kehadirannya.
Saat saya usia SD kelas tiga saya dititipkan pada salah satu kakak perempuanku di kota yang berbeda demi menuntut ilmu. Saat itu kakak perempuan saya sudah berkeluarga dan mempunyai 4 empat orang anak—tiga perempuan dan satu laki-laki.Merasa ikut dengan kakak apalagi sudah disekolahkan otomatis saya harus tahu diri bagaimana hidup "menumpang" pada saudara, sikap kakak perempuan saya ataupun kakak ipar saya sungguh-sungguh meyakinkan saya bahwa saya memang bukan siapa-siapa di rumah itu. Saya adalah seorang adik yg dititipkan di rumahnya. Perilaku mereka terhadap saya sungguhlah menyakitkan. Saya merasa tidak punya hak apapun di rumah itu, sekian puluh tahun lamanya saya memendam perasaan tertekan. Saat malam datang saya selalu menangis meratapi nasib yang harus saya jalani. Sering saya menjerit merasa Tuhan tidak adil dalam hidup saya.Hatiku lebih bagai tertusuk sakit rasanya saat melihat keluarga kakak saya bermain bersama di kamar—bercanda bersama di atas tempat tidur, sementara saya duduk di lantai, di ujung pintu melihat semua itu dengan penuh pahit dan getir—tak terasa air mata ini mengalir…Hingga suatu saat salah satu keluarga saya (Tante saya) datang pada saya dan menceritakan siapa saya sebenarnya. Tante saya tidak tega melihat perilaku orang tua saya pada saya sehingga dia memberanikan diri untuk menceritakannya.Ibarat petir di siang bolong saat saya mendengar semua cerita itu. Bumi serasa berhenti berputar. Saat itu saya berusia 21 tahun masih kuliah. Sungguh saya tak percaya mengetahui kenyataan bahwa selama ini berpuluh-puluh tahun lamanya, sebenarnya saya hidup dengan orang tua kandung saya sendiri. Orang tua yang melahirkan saya! Orang tua biologis saya! Dan saudara-saudara kandung saya! Yang saya tahu sebelumnya, saya adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara, mendadak, seketika itu, saya harus menerima kenyataan bahwa sesungguhnya saya adalah anak sulung dengan empat orang adik.Ya Tuhan….aku kehilangan hak kesulungan yg seharusnya aku dapatkan, aku kehilangan masa kecil saya yang seharusnya dipenuhi dengan kasih sayang utuh dari Ayah dan Ibu saya. Sekian lamanya saya kehilangan masa-masa bahagia seperti itu. Kenapa mereka begitu tega berbuat semua ini terhadap saya? Kenapa selama ini saya dibohongi, hingga sempat beberapa kali saya ingin mati saja...saya tidak kuat!Begitu berat yang saya rasakan sehingga saya mengalami depresi. Selama tiga bulan saya hidup dengan obat penenang dan pengawasan psikiater...!!Orang tua kandung saya pun meminta maaf kepada saya. Namun saat itu untuk memaafkan masih terasa begitu berat bagi saya, karena kekecewaan dan sakit hati masih begitu dalam dan kuat.Saya rasakan selama saya hidup dengan mereka. Memori saya kembali berputar. Getir rasanya mengingat saat saya melihat dan mendengar orang tua saya berbohong dengan mengatakan anak mereka empat orang setiap kali ada pertanyaan masalah jumlah anak. Hati ini bagai ditusuk saat saya mendengar dengan telinga saya sendiri berkali-kali Ibu saya menyangkal—tidak mau mengakui saya sebagai anak kandungnya. Begitu tega Ibu saya mengarang cerita saya hanyalah adik yg dititipkan orangtuanya.... oohhh....!!Saat saya mengalami luka karena status saya yang tidak jelas anak siapa dan beberapa kali saya dikatakan "anak haram" oleh orang lain, saya ingin sekali menangis menumpahkan rasa sakit itu pada orang tua saya sebagai orang yang melahirkan saya. Namun yang ada justru sebaliknya mereka marah dan tidak mau tahu apa yang saya rasakan, hingga saya berpikir orang tua saya lebih mementingkan perasaan mereka dari pada perasaan anaknya.Kenapa saya tidak dibunuh saja saat saya lahir sehingga saya tidak perlu mengalami rasa sakit ini....???Usia 25 tahun saya menikah. Pernikahan yang seharusnya penuh sukacita namun justru sebaliknya, karena saat pemberkatan nikah di gereja dibacakan di situ bahwa saya adalah anak yatim piatu, sementara di sebelah saya duduk kedua orangtua kandung saya. Air mata saya mengalir… ingin rasanya saya berteriak dan mengatakan pada semua orang, “Saya masih punya orang tua yang hidup! Dan mereka ada di sini!!”Sangat menyakitkan ketika tahu saya tidak diakui sebagai anak kandung secara hukum. Saya hanya diakui secara biologis saja.Menikah dalam kondisi emosi yang masih labil sangat mempengaruhi hidup suami istri. Saya menjadi orang yang sangat emosional dan sensitif, mudah terluka. Bersyukur saya mempunyai suami yang sangat sabar dan mengerti serta memahami sikap saya.Saya pun aktif pelayanan di gereja, namun yang saya rasakan pelayanan hanyalah sebuah pelarian dan untuk menghabiskan waktu saja. Tidak ada pertumbuhan apapun yang saya dapat dari aktifitas di gereja.Hingga suatu saat, saya merasa ada yang tidak beres dalam hidup saya. (Saya yakin itu adalah pekerjaan Roh Kudus.) Tidak ada damai sejahtera dalam hati saya. Hubungan pribadi saya dengan Tuhan begitu kering. Sudah saatnya saya berubah. Saya tidak mau hidup diintimidasi kekecewaan dan luka batin. Tuhan menunjukkan jalan yang benar. Saya dituntunNya.Saya mendatangi pendeta dan konselor. Saya sungguh-sungguh butuh ditolong dan didoakan. Akupun menjalani masa rekonsiliasi yang tidak sebentar, namun membutuhkan waktu yang sangat lama, hingga akhirnya saya mengerti apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup saya.Bersyukur saya mengalami semua ini, karena saya yakin dan percaya kalau saya ada bukan karena kebetulan tapi karena Tuhan mau dan Tuhan punya rencana. Saya mengampuni kedua orangtua saya dengan penuh kasih dan tanpa syarat, walaupun hingga saat ini kedua orang tua saya belum secara sungguh-sungguh berani mengatakan bahwa saya adalah anak kandungnya di depan orang lain dengan alasan nama baik dan menutupi aib keluarga. Namun sampai kapanpun saya tetap mendoakan mereka supaya Roh Kudus menjamah hati mereka.Hingga akhirnya Tuhan mengirim saya untuk mengikuti Leadership Training Living Waters di Bali bulan Februari tahun 2010. Di situlah saya makin dikuatkan Tuhan dan merasakan KasihNya yang begitu besar dalam hidup saya. Di dalam seminar itu saya merasa diterima dengan penuh kehangatan.Mereka mendukung dan mendoakan saya. Sungguh komunitas yang indah di dalam Tuhan. Terima kasih Tuhan Yesus.Seminar yang menjadi berkat dan menguatkan setiap orang yang mengikutinya, sehingga saya menjadi pribadi yang merdeka di dalam Kristus.Luka itu masih ada tetapi tidak sakit lagi. Namun melalui luka yang pernah saya alami Tuhan ingin saya bisa berbagi dengan orang lain, menjadi kesaksian yang hidup bahwa Tuhan tidak pernah tidur. Dia ada dari sejak dahulu, sekarang dan selama-lamanya. Tuhan yang memulihkan dan Living Waters menjadi salah satu alatNya...Haleluya!!Saat ini saya aktif pelayanan gereja di bidang konseling. Di dalam kelemahan Tuhan menunjukkan KekuatanNya. Pemulihan itu masih terus terjadi hingga saat ini. Dibutuhkan kerelaan dan kerendahan hati untuk mau dibentuk Tuhan karena hal itu bukanlah hal yang mudah, karena pasti sakit. Butuh perjuangan dan air mata! Namun Tuhan akan membentuk saya menjadi bejana yang indah sehingga NamaNya makin dimuliakan.